Gempa setengah tahun lalu sangat berdampak bagi seluruh masyarakat NTB di semua aspek terutama di sektor perekonomian dan pariwisata
Mataram (ANTARA News) - Pemerintah diminta untuk mencari cara dan solusi yang efektif untuk memulihkan kembali pariwisata di Lombok, NTB, pasca-gempa enam bulan lalu.

Pemilik de la Sirra Cafe and Resto sekaligus Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni Universitas Mataram (IKA Unram), Sirra Prayuna, di Mataram, Jumat, minta pemerintah untuk benar-benar serius melakukan program percepatan pemulihan pariwisata Nusa Tenggara Barat (NTB).

"Gempa setengah tahun lalu sangat berdampak bagi seluruh masyarakat NTB di semua aspek terutama di sektor perekonomian dan pariwisata," kata pelaku usaha itu.

Menurut Sirra, infrastruktur pariwisata mencakup jalan, gedung perhotelan, gedung restoran dan cafe, transportasi, hingga gedung usaha banyak yang rusak. 
Pemerintah daerah maupun pemerintah pusat memang sedang berupaya melakukan rekonstruksi ulang dan rehabilitasi.

Tapi untuk membangun kembali infrastruktur dan fasilitas publik sebagai penunjang utama sektor perekonomian dan pariwisata tentu membutuhkan waktu lama dan perlu kerja sama semua pihak. 

"Percepatan pembangunan infrastruktur dan fasilitas publik adalah hal yang harus menjadi salah satu fokus utama," katanya.

Sirra mengatakan, hingga Februari 2019 atau setelah lebih 6 bulan pasca gempa tersebut, banyak pelaku usaha yang gulung tikar karena tidak mampu menutupi biaya operasional hingga menggaji pegawai. 

Ia menambahkan, bila dilihat di berbagai wilayah di NTB maka sangat nyata terjadi penurunan jumlah kedatangan dan keberadaan wisatawan mancanegara maupun domestik. Akibatnya secara ekonomi sekarang tidak bergerak, stagnan, dan bahkan cenderung turun. 

"Harapan kita bagaimana pemerintah daerah dan pemerintah pusat bisa mendorong percepatan giat pariwisata ini melalui promo-promo baik di mancanegara maupun tingkat nasional. Agar hidup lagi pariwisata di NTB ini. Karena saat ini kondisi Lombok dan seluruh NTB saat ini sudah aman, nyaman, dan siap menerima wisatawan. Karena kami sudah berusaha bangkit kembali," kata Sirra.

Ia mengatakan, hingga saat ini para pelaku usaha termasuk cafe dan resto yang dimiliki Sirra menurun secara drastis baik dari sisi pengunjung maupun pendapatan. 

"Masih bagus ada beberapa pelaku usaha yang terus coba bertahan dan tetap membuka usahanya dengan menyasar wisatawan domestik NTB maupun dengan adanya acara pemerintah daerah," katanya.

Sirra memaparkan, pariwisata NTB unik dibandingkan dengan daerah lain karena mempersatukan pariwisata, agama, budaya, dan tradisi masyarakatnya. 

Oleh karena itu, pihaknya menyarankan promosi pariwisata ideal bila ditujukan kepada calon wisatawan di kawasan ASEAN khususnya Singapura dan Malaysia, Australia dan Oseania, Jepang, China, hingga kawasan Timur Tengah, dan Eropa. 

Sementara promosi untuk domestik idealnya dilakukan lebih gencar di Jakarta, Surabaya, dan kota-kota besar lainnya. 

"Kementerian Pariwisata juga mesti mendukung, mendorong, dan mempromosikan event-event besar yang ada di NTB ini. Agar pariwisata NTB bangkit kembali," ungkapnya.

Kementerian Pariwisata, tutur Sirra, perlu juga bersinergi dengan kementerian/lembaga lain untuk menjadikan Lombok maupun NTB sebagai destinasi dan tempat pelaksanaan rapat-rapat tingkat nasional. 

Bahkan juga perlu menyelenggarakan rapat maupun agenda tingkat internasional serta mendorong negara-negara lain melaksanakan kegiatan di wilayah NTB. 

Kemenpar dan Pemprov NTB harus juga lebih menyasar pasar milenial dengan promosi digital guna menggaet wisatawan millenial baik mancanegara maupun nasional.

"Pemerintah Provinsi NTB juga bisa berkerja sama dengan pemerintah daerah-pemerintah daerah khususnya Dinas Pariwisata lain untuk menjadikan NTB sebagai destinasi. Termasuk menggandeng Dinas Pendidikan daerah lain untuk misalnya liburan anak sekolah khususnya tingkat SMA," paparnya.

Selain itu pemerintah pusat termasuk Kemenpar dan Pemprov NTB perlu melakukan kerja sama intensif dengan negara-negara dan maskapai untuk penerbangan langsung (direct flight) dari negara asal ke Lombok. 

"Jadi wisatawan harus diupayakan untuk memilih kembali berwisata ke Lombok. Tentu didukung dengan kemudahan penerbangan yang harganya cukup terjangkau. Juga perlu penerbangan langsung ke Lombok," kata Sirra.
 

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019