Jakarta (ANTARA) - Banjirnya produk telepon seluler (ponsel) pintar terbaru dengan berbagai fitur canggih rupanya tidak menyurutkan penjualan ponsel pintar bekas.

"Ponsel pintar bekas menjadi barang yang laris dicari pembeli," kata Ade Aliefia, pedagang ponsel pintar di sentra elektronik mal ITC Kuningan Jakarta Selatan, Selasa.

Menurutnya, harga lebih murah dan teknologi yang belum terlalu ketinggalan dibandingkan produk keluaran terbaru, menjadi alasan di balik ramainya penjualan ponsel pintar bekas.

Meski begitu, kata Ade, konsumen harus jeli membeli ponsel pintar bekas agar tidak mendapat produk mengecewakan.

Berikut tips cerdas memilih ponsel pintar bekas:

1. Perhatikan fisik ponsel pintar

"Lihat fisiknya terlebih dahulu, adakah lecet pada casing dan layar LCD," kata Ade.

Menurutnya, fisik yang kurang baik akan berdampak pada umur ponsel pintar. Jika tidak dicek, maka bisa jadi konsumen mendapat ponsel pintar yang pernah mengalami benturan keras dan suku cadang di dalamnya bermasalah.

“Jadi sebaiknya pilihlah yang masih mulus,” katanya.

2. Periksa fungsi perangkat

"Pastikan kelima fungsi perangkat pada telepon pintar bekas (bluetooth, wifi, kamera, speaker, dan pemindai sidik jari) yang akan dibeli tersebut berfungsi normal," kata Ade.

Apabila salah satu bermasalah, lanjut dia, sangat berpengaruh pada kenyamanan penggunanya.

3. Tes jaringan seluler

Seorang pedagang ponsel pintar lainnya di ITC Kuningan, Edo Astrada mengatakan, calon pembeli ponsel bekas berjaringan 4G perlu mengecek apakah jaringan 4G dapat ditangkap dengan baik.

"Kalau ponsel pintar yang seharusnya berjaringan 4G malah hanya dapat menangkap jaringan 3G, besar kemungkinan bagian integrated circuit di dalamnya rusak," kata Edo.

Kalau sudah begitu, lanjutnya, konsumen akan mengeluarkan lebih banyak dana untuk biaya perbaikan minimal Rp500.000. "Itupun belum tentu seratus persen berfungsi normal," kata Edo menambahkan.

4. Pastikan "charger" bukan bajakan

"Produk bajakan sangat berpotensi merusak ponsel pintar bekas kita," kata Edo.

Menurutnya, itu disebabkan standar daya listrik "charger" yang tidak sesuai dengan telepon pintar bekas.

Cara memastikan "charger" asli atau bukan adalah dengan mencobanya, apakah baterai dapat terisi cepat saat awal pengisian atau tidak. Selain itu, lanjut Edo, "charger" palsu biasanya lebih ringan dibandingkan dengan produk asli.

5. Waspadai produk bekas rekondisi

Barang bekas yang dikondisikan menjadi seperti baru (rekondisi) memang menarik karena lebih murah.

Akan tetapi, barang rekondisi berpotensi merugikan penggunanya. Seorang pedagang ponsel lainnya di ITC Kuningan, Annisa mengatakan, permasalahan lama yang ada pada ponsel pintar sebelum direkondisi berpotensi muncul kembali di kemudian hari.

(Penulis: Peserta Susdape XIX/Aditya Pradana Putra)

Baca juga: Gawai bekas disulap jadi medali Olimpiade 2020

Baca juga: Ponsel bekas diminati kalangan orangtua

Pewarta: Peserta Susdape XIX/Aditya Pradana Putra
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019