Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah selalu berkomitmen menciptakan iklim usaha meskipun ekonomi global diperkirakan belum membaik tahun ini.

"Kami siapkan `playing field` (lapangan bermain) silahkan pengusaha untuk memanfaatkannya, meskipun kami juga mengetahui ekonomi global masih berat," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam arahannya pada peserta pendidikan dan pelatihan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Jakarta Raya (HIPMI Jaya) di Jakarta, Rabu.

Sri Mulyani mengatakan pemerintah menyadari capaian target pertumbuhan ekonomi selama ini berasal dari peran pengusaha sehingga iklim usaha harus dibuat lebih kondusif.

Sri Mulyani menjelaskan belum membaiknya ekonomi dapat dilihat kebijakan AS yang mematok pertumbuhan ekonomi hanya 2,5 persen, sedangkan untuk dunia sudah terjadi tiga kali penyesuaian, kalau awalnya 3,9 persen, kemudian 3,7 persen, dan terakhir 3,5 persen.

"Ditambah lokomotif pertumbuhan ekonomi dunia seperti Eropa juga belum juga membaik, begitu juga RRC yang juga melakukan sudah melakukan revisi dari di atas 6 persen menjadi di bawah 6 persen," kata Sri Mulyani.

Bank Indonesia yang melihat adanya gelombang ekonomi dunia telah menaikkan suku bunga sampai dengan tujuh kali untuk mengantisipasi aliran modal keluar, hal serupa juga dilakukan dengan negara-negara berkembang lainnya, sedangkan Bank Federal AS The Fed telah menaikan suku bunganya sampai empat kali.

Namun seiring berjalannya waktu Bank Indonesia juga melakukan relaksasi dengan mengendorkan likuditas, tujuannya agar dunia usaha tidak mengalami tekanan.

Pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui bauran kebijakan fiskal dengan ekonomi, dengan tujuan akan tetap berjalan meskipun ombak masih tinggi, kata Menkeu.

Kondisi ini tidaklah sia-sia pada 2018 ekonomi mampu bertumbuh 5,17 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 5,05 persen. Pertumbuhan ini dipengaruhi investasi, ekspor dan belanja pemerintah, kata Sri.

Sri mengatakan capaian di 2018 sangat menggembirakan, kemiskinan berhasil turun satu digit dari 9,6 persen menjadi 9,3 persen, pengangguran juga berhasil ditekan sampai tingkat terendah 5,3 persen.

Di sisi lain penerimaan pemerintah dari pajak, bea cukai dan penerimaan bukan pajak mengalami kenaikan 2,8 persen yang menunjukkan sektor usaha bertumbuh.

Oleh karena itu, Sri Mulyani mengatakan pemerintah akan terus menjaga agar kondisi makro ekonomi tetap stabil sehingga memudahkan pengusaha melakukan investasi dan ekspor, termasuk insentif pajak melalui kebijakan "tax holiday" mulai dari masa transisi sampai dengan sampai kembali modal.

Pengusaha muda
Sedangkan menurut Ketua Umum HIPMI Jaya, Afifuddin Suhaeli Kalla mengatakan, organisasinya akan terus mencetak pengusaha muda baru setidaknya 300 pengusaha setiap tahunnya.

"Jumlah ini masih di bawah tiga persen, namun ke depannya diharapkan jumlahnya akan terus bertambah. Peran pengusaha ini sangat besar terutama dalam menyumbang pendapatan negara dari pajak," kata Afifuddin yang akrab dipanggil Afie ini.

Afie berkeyakinan arahan yang disampaikan Menteri Keuangan dapat menjadi peluang dan segera dimanfaatkan bagi pengusaha muda.

Sedangkan Ketua Umum Badan Pengurus Pusat HIPMI, Bahlil Lahadalia mengatakan sebanyak 80 persen anggotanya merupakan perusahaan UMKM, sedangkan perusahaan semacam ini terbukti mampu bertahan terhadap krisis ekonomi.

Bahlil menyampaikan dukungannya terhadap pemerintah yang memberikan fasilitas keringanan pajak melalui tax holiday yang tentunya akan segera dimanfaatkan anggota.

Baca juga: Bawa efek berantai, Menperin minta iklim usaha tetap kondusif
Baca juga: Revisi UU Persaingan Usaha jangan perburuk iklim usaha


 

Pewarta: Alya Rahma Widyanti dan Ganet Dirgantara
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019