Penemuan berbagai sumur migas dengan potensi luar biasa, membuktikan keandalan Pertamina
Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi VII DPR RI Kurtubi mengapresiasi keberhasilan Pertamina menemukan sumur migas Parang-1 di Blok Nunukan, yang memiliki potensi cadangan  sebesar 1.430 juta barel setara minyak (MMBOE) sehingga termasuk dalam 10 besar penemuan migas terbesar di dunia.

"Penemuan berbagai sumur migas dengan potensi luar biasa, membuktikan keandalan Pertamina. Penemuan sumur baru dengan cadangan sangat besar adalah bukti, mereka bisa mengatasi berbagai kendala teknis," kata melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat. 

Selain Sumur Parang-1, beberapa sumur lain dengan potensi cadangan luar biasa yang telah ditemukan Pertamina yakni  sumur Pointsetia-1 di Sumatera dengan potensi cadangan 3,3 MMBOE, sumur Haur Gede-1 (HGD-1) di Pulau Jawa dengan potensi cadangan 15,8 MMBOE, dan sumur PIN-1 di Pulau Jawa dengan potensi cadangan 1,94 MMBOE. 

Selain itu, juga Randu Gunting (RGT) di Blok Alas dan Kemuning (ADK) dengan potensi cadangan sebesar 12,5 MMBOE dan juga sumur Nglobo Utara-1x (NGU-1X) di blok ADK dengan potensi cadangan 23,2 miliar kaki kubik gas (BCFG). 

Dari berbagai keberhasilan itu, Kurtubi berharap bahwa ke depan, pengelolaan migas di Tanah Air dikembalikan sesuai Pasal 33 Undang-undang Dasar (UUD) 1945 sehingga semua sumber daya dan cadangan migas dikuasai dan dimiliki oleh negara melalui perusahaan negara yang dibentuk dengan UU. 

"Dengan demikian, hanya negara melalui National Oil Company (NOC) tersebut, yang boleh mencari dan memproduksikan migas di tanah air," katanya. 

Menurut dia, dengan mengembalikan pengelolaan migas sesuai Pasal 33 UUD 1945, maka Pertamina akan semakin kuat. Sehingga nantinya yang berkontrak adalah perusahaan dengan perusahaan (Business to Business). 

Kalaupun ada perusahaan migas yang akan beroperasi di Indonesia, tambahnya,  sudah cukup kontrak dengan perusahaan minyak negara. 

Kurtubi menegaskan pengelola migas memang seharusnya dilakukan perusahaan negara, bahkan, , berdirinya Pertamina merupakan konsep asli Indonesia yang telah ditiru oleh lebih dari 50 negara dunia. 

Dia mencontohkan, pengelolaan migas di Arab Saudi yang dikelola Saudi Aramco yang merupakan perusahaan negara tersebut. Begitu pula dengan Sonatrach di Aljazair dan Petróleos de Venezuela, SA (PDVSA) di Venezuela.

"Malah, negara non OPEC seperti Malaysia pun meniru sistem kelola migas Indonesia. Dalam membentuk perusahaan minyak negara pun, UU mereka meniru mentah-mentah milik Indonesia. Hasilnya, pengelolaan migas di negeri jiran pun hanya dilakukan NOC mereka yakni Petronas dan perkembangannya semakin maju," katanya.

Baca juga: Bermodal 7,75 juta dolar, Pertamina siap kelola Blok Maratua
Baca juga: Genjot hulu migas, Pertamina investasi 2,5 miliar dolar AS pada 2019

 
 

Pewarta: Subagyo
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019