Pontianak (ANTARA) - Penerapan padi sehat bebas residu mampu meningkatkan produktivitas petani di Kelompok Tani Nek Balo, Jalan Wintak Martani, Kelurahan Pajintan, Singkawang Timur, hingga hampir dua kali lipat.

"Jika sebelumnya hanya menghasilkan sekitar 3,96 ton, tapi sekarang setelah dikonversikan dengan menggunakan sistem demplot bebas residu Kelompok Tani Nek Balo menghasilkan produksi sebanyak 6,3 ton," kata Kepala Unit Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTPH) Provinsi Kalbar Yuliana Yulinda saat dihubungi usai melakukan panen padi demplot bebas residu di hamparan Kelompok Tani Nek Balo, Singkawang Timur, Selasa.

Sehingga, lanjut dia, hasil panen tahun 2019 ini merupakan salah satu contoh bagi petani dari Kelompok Tani Nek Balo Singkawang Timur untuk terus menggunakan sistem tanam padi sehat bebas residu.

Ia menjelaskan, kunjungannya ke Singkawang Timur untuk melihat apakah produksi padi yang dihasilkan meningkat atau menurun terlebih ditambah dengan teknologi atau sistem demplot bebas residu.

"Harapannya tentu saja dengan adanya penanaman padi melalui teknologi demplot bebas residu ini, kedepan produksi padi akan meningkat dari tahun ke tahun," katanya.

Peningkatan produktivitas menjadi penting mengingat setiap tahun luas areal pertanian terus menurun seperti dialihfungsikan ke perkebunan, perumahan dan lainnya.

Sementara bagi petani ada tiga hal yang diinginkan yakni pertama padi yang ditanam tahan terhadap hama penyakit. Kedua, padi yang ditanam bisa menghasilkan produksi yang tinggi. Dan ketiga, padi yang ditanam bisa menghasilkan rasa yang enak untuk di konsumsi.

Menurut dia, padi Inpari 32 yang ditanam Kelompok Tani Nek Balo Singkawang Timur saat ini dikatakannya sangat enak. "Sehingga kami dari pemerintah dan PT Prima Agro Tech sangat mendukung apa yang menjadi keinginan dari para petani, diantaranya kami merekomendasikan padi Inpari 32 yang dianggap cocok untuk ditanam di wilayah tersebut," ujarnya.

Meski padi Inpari 32 terbilang tahan terhadap hama penyakit seperti blast, namun jika tidak dipelihara, dirawat atau dikawal dengan baik ditambah dengan kondisi cuaca yang agak ekstrim, maka hasilnya pun tidak akan baik.

Ia mencontohkan manusia yang jika tidak pandai menjaga kesehatan juga bakal mudah diserang penyakit. "Padi Inpari 32 memang tahan penyakit, namun, apabila dipengaruhi faktor cuaca yang tidak bersahabat atau lingkungan, ada kalanya varietas-varietas yang ditanam belum tentu tahan terhadap suatu penyakit," kata Yulinda menjelaskan.

Terlebih dari bulan November 2018 hingga sekarang curah hujan yang terjadi di Kalbar cukup tinggi, sehingga serangan penyakit apapun akan muncul. "Karena periode tersebut itu merupakan musim hama penyakit dimana tingkat kelembaban yang sangat tinggi," jelasnya.

Ketua Kelompok Tani Nek Balo Singkawang Timur Yulianus Yudi mengatakan penanaman padi dengan sistem demplot bebas residu memang cukup baik. "Walaupun hasil panen belum terlalu siginifikan, mengingat ini baru pertama kalinya dilaksanakan," katanya.

Ke depan, dia berharap penanaman padi dengan sistem bebas residu ini akan dapat terus meningkatkan produksi padi kelompoknya dari tahun ke tahun.

Sementara salah satu petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Nek Balo Singkawang Timur, Oly Saryono mengatakan,  sejak pertama kali dirinya melakukan demplot bebas residu telah menghasilkan produksi padi yang lumayan meningkat.

"Sistem ini juga bertujuan untuk mengurangi penggunaan zat kimia, walaupun belum bisa dihilangkan 100 persen," katanya.Sehingga, kelompoknya tidak selalu ketergantungan dengan zat kimia karena memikirkan lingkungan akibat residunya. "Disamping lingkungan, penggunaan zat kimia juga akan berpengaruh terhadap kesehatan petani itu sendiri," ujarnya.

Meskipun kelompok taninya menggunakan pupuk hayati atau organik, namun masih bisa menghasilkan panen yang lumayan tinggi. "Hasilnya sekarang 6 ton lebih, artinya jika dibandingkan dengan tahun lalu (sebelum sistem demplot bebas residu) paling tinggi hanya 4 ton," ungkapnya.
 

Pewarta: Teguh Imam Wibowo
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019