Potensi ini memicu terjadinya karhutla di wilayah Sumatera dan Kalimantan Timur
Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG) memantau periode kemarau pertama akan dialami di pesisir Sumatera bagian tengah dan Kalimantan bagian barat, sehingga perlu diwaspadai potensi meningkatnya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terutama di Riau.

"Berdasarkan citra satelit, terpantau 'hotspot' per provinsi 10 hari terakhir terdapat peningkatan titik panas di wilayah Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Tengah," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam pernyataan di Jakarta, Selasa.

Sementara untuk wilayah Riau, Sumatera Utara, dan Gorontalo, jumlah titik panas tergolong stabil.

Peta analisis hari tanpa hujan berurutan di wilayah Sumatera menunjukkan beberapa tempat di pesisir timur Aceh, Sumatera Utara dan Riau terindikasi mengalami hari kering berurutan antara enam hingga 20 hari, kategori pendek dan menengah.

Di Riau, hari tanpa hujan kategori panjang yaitu 21 hingga 30 hari telah terjadi di Rangsang, Rangsang Pesisir, dan daerah Tebing Tinggi.

"Potensi ini memicu terjadinya karhutla di wilayah Sumatera dan Kalimantan Timur," kata Dwikorita.

Sebagai langkah kesiapsiagaan BMKG, Dwikorita melakukan koordinasi dengan UPT BMKG di wilayah Riau untuk meningkatkan mitigasi dampak resiko dari karhutla, mengingat adanya SK Gubernur yang menyatakan kantor Stasiun Meteorologi SSK II Pekanbaru masuk ke dalam Tim Respon Cepat sebagai koordinator analisis data.

Lebih lanjut, ia berharap BMKG Pekanbaru lebih rutin menginformasikan kondisi cuaca serta titik-titik hotspot.

"Kita harus meningkatkan kualitas baik dalam penyampaian informasi, serta sebagai pelaku penggerak agar Tim Respon Cepat (TRC) dapat melakukan tindakan sedini mungkin guna meminimalkan korban dan dampak risiko karhutla," katanya.

Dwikorita menjelaskan pada Agustus 2018 lalu, Wakil Presiden Jusuf Kalla telah meluncurkan "Geohotspot 4.0".

Geohotspot menggunakan satelit Himawari yang dilengkapi satelit Tera Aqua yang mendukung informasi hotspot.

Dengan geohotspot, data peyajian informasi hotspot yang sebelumnya hanya bisa diperbarui setiap 6 jam dan baru bisa disampaikan setelah 24 jam.

Untuk saat ini bisa diperbarui menjadi setiap 10 menit sehingga informasi terkait hotspot dapat disampaikan secara "real time", demikian Dwikorita.

Baca juga: BMKG : titik panas meningkat akibat kemarau meluas

Baca juga: BMKG pantau 52 titik panas di Sumatera

Baca juga: Asap Sumatera dan Kalimantan kian pekat

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019