Jakarta (ANTARA) - PT PLN (Persero) ternyata memiliki peranan penting bagi industri perikanan di Indonesia bahkan memiliki kontribusi untuk turut mengembangkannya salah satunya melalui penyediaan listrik bagi gudang pendingin (cold storage).

Dalam industri perikanan baik perikanan laut maupun tambak, kehadiran cold storage (gudang pendingin) sangat krusial. Dengan fasilitas ini, nelayan atau petambak bisa menyimpan hasil tangkapannya jauh lebih lama, sehingga nilai ekonomisnya tidak menyusut akibat proses pembusukan alamiah.

Menurut Hasanuddin Yasni, Ketua Umum Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI) melalui pengendalian atau pengaturan suhu di gudang pendingin umur komoditas dapat diperpanjang (extended shelf life).

Hasanuddin menjelaskan ikan harus didinginkan segera setelah ditangkap di laut atau dipanen di tambak. Karena jika dalam waktu empat jam setelah ditangkap tidak cepat diturunkan suhunya, maka akan terjadi perubahan fisik, akibat terjadinya perkembangan bakteri.

Ciri dari Ikan yang telah terpapar bakteri bisa dilihat dari baunya yang tengik, serta dari fisiknya menjadi lebih berlendir, lembek karena terjadi perubahan mikrobiologis.

Hasanuddin mengatakan di sini peran penting gudang pendingin memiliki peranan penting terutama saat pasca penangkapan atau pascapanen,.


Pasokan listrik

Guna mengoperasikan gudang pendingin tentunya membutuhkan pasokan listrik yang tidak kecil. Apabila ingin menjadikan sektor perikanan sebagai salah satu industri pendorong ekonomi maka PLN harus mampu menyediakan kebutuhan listrik sampai ke sentra-sentra penghasil ikan.

Executive Vice President Corporate Communication and CSR PT PLN (Persero) I Made Suprateka mengatakan perusahaan telah mengantisipasi kebutuhan pasokan listrik untuk mengoperasikan gudang pendingin di berbagai daerah.

Menurut Made PLN bahkan telah berinisiatif untuk mendukung penyediaan listrik untuk memenuhi kebutuhan gudang pendingin bahkan sampai ke daerah-daerah terpencil.

PLN pada 18 Mei 2018 telah menyediakan listrik untuk gudang pendingin terapung pertama di Indonesia milik PT Perikanan Nusantara (persero) di Pelabuhan Untia, Makassar, Sulawesi Selatan.

Pasokan listrik PLN ke gudang terapung tersebut mencapai 240 kilo Volt Amper (kVA) menggunakan alat "Automatic Secionalizing Switch", merupakan pertama kalinya diaplikasikan Indonesia.

Sebelumnya pada Juni 2017 PLN bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan, memenuhi kebutuhan tenaga listrik di setiap lokasi Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT).

Dalam kerja sama itu, PLN menyediakan listrik di 12 pulau kecil serta kawasan perbatasan yang meliputi Natuna, Saumlaki, Merauke, Mentawai, Nunukan, Talaud, Morotai, Biak Numfor, Mimika, Rote Ndao, Sumba Timur dan Sabang.

Proyek kerja sama ini tidak hanya untuk kebutuhan gudang pendingin saja, tetapi juga tempat singgah nelayan, pabrik es, sumur, gudang rumput laut, hingga tambak serba guna.

Made mengatakan dengan menggunakan listrik PLN dibandingkan genset, pengelola gudang pendingin memperoleh manfaat berlipat. Antara lain dari nilai tambah secara ekonomis, produk perikanan yang lebih tahan lama, akan dapat diolah menjadi fillet, nugget, dan bakso udang/ikan.


Keuntungan besar

Sedangkan menurut Branch Manager PT Perikanan Nusantara Cabang Makassar, Ferdinand Weno, komitmen PLN untuk mendukung industri perikanan di Indonesia tidak diragukan lagi, bahkan dengan jaminan pasokan listrik itu akan meningkatkan keuntungan bagi nelayan disamping dapat menghemat biaya yang besar.

Sebelum mendapat dukungan PLN, biaya operasional kapal ruang pendingin terapung Perinus yang sudah bersandar di Untia selama setahun sangat mahal. Hal ini terjadi karena untuk mengoperasikannya membutuhkan genset solar, membuat biaya operasional dan pemeliharaannya mencapai Rp200 juta per bulan.

Namun melalui pasokan listrik dari PLN dengan perhitungan pengoperasian selama 250 jam, penggunaan listrik dari PLN menjadikan Perinus menghemat Rp138 juta per bulannya.

Besarnya penghematan bisa mencapai dua kali lipat atau kalau disandingkan perbandingan penghematan antara menggunakan listrik PLN untuk gudang pendingin dengan genset itu 1 banding 2.

Penggunaan gudang pendingin mampu menunjang pertumbuhan bisnis nelayan setempat sekitar 5-6 persen. Sementara mengutip data ARPI pada Oktober 2017, kapasitas gudang pendingin untuk perikanan mencapai 200 ribu ton, masih jauh dari kebutuhan nasional yang memerlukan kapasitas penyimpanan mencapai 1,7 juta ton.

Daerah-daerah yang mendesak untuk kebutuhan gudang pendingin di timur yaitu NTB dari Lombok sampai Sumbawa, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat, Sulawesi Utara sampai Selatan, Maluku mencakup Ambon dan Ambon Utara, lalu Papua di Sorong dan Timika. Demikian juga daerah Sumatera membutuhkan cold storage untuk hasil pertanian seperti Lampung, Palembang, dan Riau yang besar produksi peternakannya.


Wilayah Timur mendesak

Made menyebutkan PLN telah menyiapkan fasilitas kelistrikan untuk pulau-pulau terluar di Indonesia, termasuk yang terpisah dari daratan. Untuk itu sistem yang digunakan melalui "island system", yang berarti sistem kelistrikan tersebut hanya berlaku di pulau atau daerah tersebut.

Pengoperasian sistem tersebut menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Karena itu disesuaikan dengan sumber energi yang tersedia apakah dari energi matahari (surya), atau tenaga angin, maka akan menjadi tenaga hybrid yang menjadikannya sebagai energy mix (bauran energi).

Dengan penyediaan listrik di wilayah Indonesia Timur, maka peluang untuk membangun gudang pendingin, menjadi implementasi juga dari program pengadaan listrik 35 ribu MW.

Pengadaan gudang pendingin di berbagai sentra penangkapan ikan, secara pasti memberi ruang kepada masyarakat nelayan untuk meningkatkan nilai dari hasil tangkapannya. Dengan demikian maka kehadiran infastruktur energi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pendapatan para nelayan, sekaligus juga membangun ekonomi secara inklusif.

Tumiran, pakar ketenagalistrikan dari Universitas Gadjah Mada yang juga menjabat sebagai anggota Dewan Energi Nasional menjelaskan fasilitas gudang pendingin harus dibangun di Indonesia bagian timur karena di sana pusat penghasil ikan.

Menurut Tumiran pasokan listrik selama ini belum merata untuk itu harus didorong agar listrik dapat disediakan untuk wilayah Timur.

Persoalannya pengembangan sumber daya listrik, harus mempertimbangkan sumber daya lokal. Dalam artian kalau bertenaga batu bara sulit, karena distribusinya tak cocok, terlalu jauh. Maka listrik dari biomassa atau pembangkit lain bisa menjadi prioritas.

Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2019