Untuk sementara ini, ada dua kecamatan terancam mengalami kekeringan akibat dampak musim kemarau,
Banda Aceh (ANTARA) - Musim kemarau yang mulai memasuki sebagian wilayah di Provinsi Aceh telah menyebabkan kekeringan melanda dua kecamatan di Kabupaten Aceh Tamiang, sehingga warga yang tinggal di 24 gampong (desa) mulai kesulitan memperoleh air bersih untuk keperluan sehari-hari.

"Untuk sementara ini, ada dua kecamatan terancam mengalami kekeringan akibat dampak musim kemarau," ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Teuku Ahmad Dadek di Banda Aceh, Kamis.

Kedua kecamatan itu, jelas dia, yakni Bandar Pusaka yang memiliki 15 gampong, dan Tamiang Hulu di mana sembilan desa di kabupaten mayoritas penghasil kelapa sawit itu berbatasan dengan Kabupaten Langkat di Provinsi Sumatera Utara.

Ia mengatakan, setiap hari dua unit mobil tangki membawa 5.000 liter air bersih milik Badan Penandatanganan Bencana Daerah (BPBD) setempat berkeliling ke beberapa titik di setiap desa untuk mengisi jeringen kosong yang telah di susun oleh masyarakat.

Tidak turunnya hujan sekitar sebulan terakhir, telah menjadi penyebab utama keringnya sumber air, seperti sumur yang dimiliki warga di setiap rumah mereka.

"Hingga kini, penyaluran air bersih masih terus dilakukan. Mayoritas masyarakat di lokasi mengeluh, karena mengalami kesulitan air bersih," tegas dia.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengingatkan, dewasa ini cuaca di wilayah Aceh menunjukkan sedang memasuki masa peralihan dari penghujan menuju musim kemarau.

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I, Aceh, Zakaria Ahmad mengatakan, selama masa peralihan ini, maka intensitas hujan menurun dari sebelumnya.

"Cuaca panas seperti saat ini berpotensi muncul angin kencang, dan cenderung terjadi puting beliung di suatu wilayah akibat tumbuhnya awan Cumulonimbus," katanya.

Baca juga: BMKG : 12 titik panas berada di Aceh

Baca juga: Warga Aceh Utara terpaksa gunakan air sungai saat kemarau

Pewarta: Muhammad Said
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019