Jakarta (ANTARA) - Ganda campuran bulu tangkis Tanah Air Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti mengaku gugup menjadi penghalang untuk lolos ke final All England 2019 dan terhenti pada semifinal yang berlangsung di Birmingham Inggris, Sabtu malam waktu setempat.

"Saat kedudukan 20-17 gim kedua, saya bermain dengan gugup walaupun seharusnya bisa lebih fokus. Saya buang dua poin. Kami juga terus kehilangan angka pada pada posisi 20-19. Permainan gim kedua itu berpengaruh pada gim penentuan," kata Melati seperti tercantum dalam situs Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) yang dipantau Antara di Jakarta, Minggu.

Praveen/Melati kalah dari ganda unggulan pertama Zheng Siwei/Huang Yaqiong dalam tiga gim 21-13, 20-22, 13-21 selama 53 menit dalam turnamen tingkat Super 1000 itu.

Melati mengatakan usahanya bersama Praveen untuk kembali bangkit pada gim ketiga tidak berhasil dan terus tertekan permainan lawan. "Lawan sudah mengantisipasi dan menebak permainan kami," ujarnya.

Sementara, Praveen mengungkapkan kekecewaannya karena kehilangan momentum satu poin untuk merebut peluang gelar juara turnamen berusia 120 tahun itu.

"Sebenarnya pada gim pertama, lawan tidak dapat mengeluarkan kemampuan mereka. Mereka pada pola permainan yang tidak unggul," ujar Praveen yang pernah meraih gelar juara All England 2016 bersama Debby Susanto.

Hasil pertandingan All England 2019 menjadi kekalahan keempat Praveen/Melati dari pasangan peringkat satu dunia itu. Kedua ganda terakhir kali berhadapan pada turnamen Indonesia Masters 2019 dengan skor 16-21, 12-21 bagi kubu Merah-Putih itu.

Meskipun ganda campuran Praveen/Melati gagal, Indonesia punya satu wakil yang telah memastikan diri masuk putaran final turnamen berusia 120 tahun itu. Mereka adalah pasangan putra Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.

Indonesia masih berpeluang untuk mengirimkan wakil lain ganda putra pada final All England 2019 jika pasangan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto sukses melibas ganda putra Malaysia Aaron Chia/Soh Wooi Yik pada semifinal.

Pewarta: Imam Santoso
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2019