Palembang (ANTARA) - Bank Indonesia menyoroti hasil survei Pola Distribusi dari Badan Pusat Statistik yang menyatakan bahwa mata rantai perdagangan beras di Sumatera Selatan menjadi yang terpanjang di Indonesia karena melibatkan empat rantai sehingga kenaikan harga beras dari produsen ke konsumen bisa sampai 28,58 persen .

Kepala BI Provinsi Sumatera Selatan Yunita Resmi Sari di Palembang, Senin, mengatakan, data BPS ini harus menjadi perhatian banyak pihak karena hal ini yang menyebabkan disparitas harga cukup jauh antara harga di tingkat petani dengan konsumen.

“Setiap rantai perdagangan pasti mengambil margin, ini menyebabkan akhirnya harga di tingkat konsumen menjadi tinggi,” kata dia.

Ia mengatakan jika berkaca dari pengalaman provinsi lain, upaya penyederhanaan mata rantai perdagangan beras dapat dilakukan dengan cara menggabungkan rantai yang berdekatan. Rantai perdagangan beras di Sumsel terdiri dari atas produsen (penggilingan), agen, pedagang grosir, dan pedagang eceran sebelum tiba ke konsumen.

Kemudian, upaya lain yang apat dilakukan, Yunita menambahkan, yakni melakukan zonasi untuk daerah penghasil beras. “Tapi ini harus mempelajari dulu karakteristik daerah penghasi. Apakah dimungkinkan membangun pola dari pengepul ke perdagangan besar, seperti Jabar ?. Ini yang harus dipelajari,” kata dia.

Menurut Yunita, secara teori dapat diterapkan yakni pasarnya yang mendekat sehingga harga akan lebih murah. Namun, faktor kelancaran transfortasi di daerah tersebut akan sangat mementukan keberhasilannya dalam menurunkan harga.

Ia mengatakan, Sumsel merupakan provinsi yang cukup luas dengan produksi beras terkonsentrasi di Banyuasin, Ogan Komering Ulu Timur ,dan Musi Rawas. Sementara infrastruktur jalan darat masih banyak yang belum layak.

Sementara itu, Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI Sumsel Harry Widodo mengatakan sebenarnya sudah ada upaya pemerintah untuk menjaga kestabilan harga besar agar terjangkau bagi konsumen. Di antaranya mendirikan toko tani dan pasar tani yang dapat menjaga keseimbangan harga.

“Ini salah satu cara pemerintah memotong mata rantai perdagangan beras,” kata dia.

Saran ini, merupakan saran yang diberikan Tim Pengendalian Inflasi Daerah yang diketuai oleh Bank Indonesia.

Selain memiliki mata rantai perdagangan beras terpanjang di Indonesia, Sumsel juga tercatat menjadi provinsi yang memiliki margin perdagangan dan pengangkutan (MPP) terbesar di Tanah Air untuk komoditas beras sebesar 28,58 persen, sementara Sulawesi Tenggara menjadi yang terendah.


 

Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019