Jakarta (ANTARA) - Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Guérend, memulai kunjungan tiga hari di Provinsi Aceh untuk melihat dan memperoleh informasi secara langsung mengenai perkembangan terakhir di Aceh dan mengunjungi proyek-proyek bantuan Uni Eropa di bidang pengelolaan hutan.

Dubes Guérend dijadwalkan bertemu dengan para pemangku kepentingan di pemerintahan daerah, perwakilan rakyat daerah dan masyarakat sipil, termasuk Sekretaris Daerah Aceh Helfizar Ibrahim, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Teuku Irwan Djohan, dan Wali Kota Sabang Nazaruddin.   

"Uni Eropa telah lama menjalin hubungan dengan Aceh. Dari bantuan dana yang signifikan untuk rekonstruksi pascatsunami, dukungan ekstensif untuk proses perdamaian Aceh dan bantuan untuk memastikan perlindungan dan pelestarian kawasan hutan yang luas termasuk Taman Nasional Leuser," kata Dubes Guérend dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.

UE juga telah bekerja sama sangat erat dengan Aceh, khususnya dalam mendukung upaya mitigasi perubahan iklim melalui konservasi hutan dan perencanaan yang lebih baik sehingga Aceh dapat menjadi panutan yang menunjukkan bahwa konservasi hutan dan pembangunan dapat sama-sama dilaksanakan.

Dalam kunjungan tersebut, Dubes UE akan mengumumkan berakhirnya proyek bantuan Uni Eropa "Dukungan terhadap Upaya Tanggap Perubahan Iklim di Indonesia" senilai 6,5 juta Euro atau sekitar Rp96,5 miliar untuk periode 2016-2019.

Kegiatan proyek ini, antara lain inisiatif untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, serta berkontribusi pada upaya nasional dalam mitigasi perubahan iklim melalui perencanaan dan penerapan pembangunan rendah karbon. 

Proyek ini telah memfasilitasi penyusunan peraturan, seperti Keputusan Bupati di Kabupaten Pidie yang memungkinkan pemanfaatan Dana Desa untuk perlindungan dan konservasi hutan, serta untuk Pembayaran Layanan Ekosistem (PES) yang pertama kali dilaksanakan di Indonesia.

Dubes Guérend juga akan mengunjungi Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di Sabang, Pulau Weh, untuk membahas lebih lanjut tentang hasil dari Pendekatan Dinamika Agroforestry (DAF) yang mengandalkan kualitas hutan alami. 

Kisah sukses DAF di Sabang menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi dapat dilakukan secara berkelanjutan tanpa merusak hutan Aceh dan dapat mendukung ekowisata pada saat bersamaan. 

Dubes Guérend berharap agar model DAF dapat direplikasi di tempat lain di Aceh dan di seluruh Indonesia untuk memerangi praktik pertanian yang tidak berkelanjutan. 

Proyek ini merupakan pelengkap dari proyek UE lainnya di Aceh yang bekerja sama dengan Flora & Fauna International (FFI) yang melibatkan masyarakat sipil dalam menyelaraskan upaya perlindungan lingkungan dan upaya pembangunan ekonomi.

Baca juga: UE dukung Indonesia capai target minyak sawit berkelanjutan

Baca juga: Kembangkan EBTKE, pemerintah buka peluang kerjasama Indonesia-Uni Eropa

Baca juga: Uni Eropa bantu Rp1,3 miliar korban tsunami Selat Sunda

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Azizah Fitriyanti
Copyright © ANTARA 2019