Jakarta (ANTARA) - Manajemen PT MRT Jakarta akan menyediakan dua gerbong khusus penumpang perempuan pada jam sibuk.

Women only unit (gerbong khusus perempuan) yang akan dimanfaatkan nantiny akan ditempeli stiker gerbong untk wanita,” kata Direktur Utama PT MRT Jakarta William Syahbandar dalam Konferensi Pers Uji Coba Publik MRT Jakarta di Wisma Nusantara Jakarta, Selasa.

Ia menjelaskan bahwa akan ada dua gerbong yang dimanfaatkan khusus untuk perempuan, yakni gerbong paling depan dan paling belakang.

“Gerbong untuk wanita khusus jam 7 sampai jam 9 pagi dan jam 5 sore sampai jam 7 malam,” kata William.

Pengaturan jam tersebut diputuskan setelah PT MRT Jakarta melakukan sebuah survei.

“42 persen (partisipan) mengatakan tidak setuju gerbong wanita, 58 persen setuju. Jadi kemudian kita lihat (contoh di) negara-negara lain,” kata William.

Akhirnya, MRT Jakarta mengadopsi operasional gerbong wanita kereta di Tokyo, Jepang yang hanya berlaku pada jam-jam sibuk atau (rush hour) saja.

“Karena pada jam-jam itu jumlah penumpang sangat banyak, jadi kita dedikasikan gerbong perempuan pada jam sibuk,” tuturnya.

Adapun kapasitas satu gerbong MRT mencapai 325 orang saat terisi penuh.

PT MRT Jakarta mengadakan uji coba operasional Mass Rapid Transit (MRT) fase 1 rute Lebak Bulus-Bundaran HI terbuka bagi publik mulai hari ini.

“Kami mau tahu antusiasme masyarakat dan bagaimana masyarakat melakukan uji coba. Serta melatih insan MRT untuk mulai mengelola,” kata William.

Salah satu partisipan uji coba asal Cawang Fitri (22) berharap agar MRT Jakarta sebagai moda transportasi termuda di ibu kota dapat menyediakan gerbong khusus perempuan seperti transportasi publik lain yang sudah ada.

Senada dengan Fitri, Nindi (23), peserta uji coba asal Jakarta Barat menganggap bahwa adanya gerbong khusus penumpang wanita sangat penting.

“Belajar dari kasus-kasus sebelumnya banyak terjadi hal yang tidak diinginkan, terutama bagi kami kaum wanita. Jadi menurut saya sangat penting,” katanya saat ditemui di stasiun MRT Lebak Bulus.

Pewarta: Sri Muryono dan Aria Cindyara
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019