Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menyebutkan pola kerja di pemerintahan yang tidak efisien menjadi salah satu kelemahan dalam mendongkrak pertumbuhan investasi dan kinerja ekspor Indonesia.

"Presiden dalam sambutannya menyampaikan akan saya pelajari, saya cari dimana kesalahannya. Buat saya, salah satu kelemahan yang cukup fundamental adalah pola kerja kita di birokrasi, di pemerintahan," kata Thomas dalam sambutannya di Rapat Kerja Kementerian Perdagangan yang digelar di Jakarta, Rabu.

Thomas menyampaikan bahwa Presiden Joko Widodo pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Investasi, Selasa (12/3) mengeluhkan defisitnya neraca perdagangan, kekalahan investasi dari negara tetangga dan lemahnya ekspor.

Ia pun mengakui bahwa Indonesia masih kalah dan tertinggal baik dari segi investasi maupun ekspor dengan negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand dan Vietnam.

Ia menyampaikan bahwa pola kerja pemerintahan masih seperti pola kerja di abad 20, yakni didominasi oleh rapat-rapat tatap muka dan surat menyurat yang dinilai sudah ketinggalan zaman. Pola kerja seperti inilah yang ia nilai menjadi kelemahan dasar dari kinerja invetasi Indonesia.

Sementara itu, Singapura sejak dua tahun lalu sudah memanfaatkan aplikasi kolaborasi online yang menghubungkan 140.000 pejabat pemerintahan sebagai wadah untuk berdiskusi, harmonisasi kebijakan dan pengambilan keputusan.

Oleh karena itu, BKPM pada Selasa (12/3) meluncurkan aplikasi bernama Koordinasi Pengawalan Investasi Memanfaatkan Aplikasi atau Kopi Mantap. Aplikasi ini menghubungkan 560 pemerintah daerah, 34 kementerian dan lebih dari 30 lembaga nonkementerian.

Tujuan aplikasi ini untuk memudahkan koordinasi fasilitasi pemenuhan komitmen perizinan melalui OSS yang sifatnya lintas kewenangan yang pengawalannya oleh Satgas Nasional, Satgas Provinsi, dan Satgas Kabupaten dan Kota.

"Saya yakin kalau kita tidak memodernisasi cara kerja kita, pola-pola kerja dengan era yang serba instan, kita tidak mungkin mengejar ketertinggalan dibanding negara tetangga. Yang kami luncurkan ini adalah bagian dari OSS," kata Thomas.

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019