Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian memiliki empat strategi yang akan dilakukan tahun ini untuk mendukung program pembangunan sumber daya manusia bidang industri yang kompeten.

"Dengan alokasi anggaran sebesar Rp1,78 triliun, strategi pertama adalah membangun pendidikan vokasi industri berbasis kompetensi menuju dual system yang diadopsi dari Swiss dan Jerman," kata Sekretaris Jenderal Kemenperin Haris Munandar lewat keterangannya di Jakarta, Rabu.

Saat ini, Kemenperin memiliki 9 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), 10 politeknik, dan 2 akademi komunitas.

Unit pendidikan vokasi ini sudah link and match dengan industri, sehingga semua lulusan terserap kerja dengan waktu maksimal enam bulan setelah wisuda.

Strategi kedua adalah pembangunan politeknik dan akademi komunitas di kawasan industri.

“Kami telah membangun Akademi Komunitas Tekstil di Solo, Politeknik Industri Logam di kawasan industri Morowali, Akademi Komunitas Industri Manufaktur di Bantaeng, dan Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kawasan Industri Kendal,” sebut Haris.

Tahun ini, Kemenperin memfasilitasi pembangunan Politeknik Industri Petrokimia di Cilegon, Banten dan Politeknik Industri Agro di Lampung. Strategi ketiga, yaitu meluncurkan pendidikan vokasi "link and match" antara SMK dengan industri. Program yang dimulai sejak tahun 2017 ini telah menjangkau wilayah Jawa, Sumatera, hingga Sulawesi.

“Hingga tahap kesembilan, kami telah melibatkan sebanyak 2.350 SMK dan 899 perusahaan dengan total perjanjian kerja sama mencapai 4.351 yang telah ditandatangani. Program ini juga mendorong peningkatan kompetensi guru produktif dan fasilitasi silver expert untuk SMK,” tuturnya.

Strategi keempat, yakni pelaksanaan pelatihan industri berbasis kompetensi dengan sistem "3 in 1" yaitu pelatihan, sertifikasi kompetensi, dan penempatan kerja. Program ini dapat dimanfaatkan bagi para penyandang disabilitas.

"Melalui upaya Making Indonesia 4.0, kita akan merevitaslisasi sektor manufaktur dan diharapkan akan bisa meraih nilai net ekspor seperti tahun 2000 lalu, yakni mencapai angka 10 persen terhadap PDB (Produk Domestik Bruto), lalu meningkatkan produktivitas, dan membangun kemampuan inovasi lokal," terangnya.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019