Jakarta (ANTARA) - PT Pelabuhan Indonesia II (Persero)/IPC sedang menjalin hubungan dengan otoritas terkait di Belanda agar artefak dan benda-benda terkait sejarah kemaritiman Indonesia yang tersimpan di negara tersebut bisa dipindahkan dan dihadirkan di Museum Maritim Indonesia.

"Kita sedang mencoba menjalin hubungan agar sebagian artefak-artefak tersebut dipindahkan ke sini untuk menjadi warisan atau 'heritage' sejarah tentang maritim Indonesia," ujar Direktur Utama (Dirut) IPC Elvyn G. Masassya kepada Antara di Jakarta, Rabu.

Dia menjelaskan bahwa upaya tersebut dalam rangka untuk melengkapi benda-benda atau artefak bersejarah, terkait sejarah kemaritiman Indonesia yang ditampilkan dalam Museum Maritim Indonesia.

"Kita sedang melengkapi isinya dengan berbagai artefak, benda bersejarah, yang entah mengapa kebetulan benda-benda itu banyak disimpan di Rotterdam, Belanda," kata Elvyn.

Dirut IPC tersebut ingin Museum Maritim Indonesia harus bisa menjadi referensi perkembangan maritim Indonesia bagi masyarakat.

"Harus menjadi museum yang bisa menjadi referensi bagi masyarakat, kalau ingin melihat perkembangan maritim Indonesia," tuturnya dalam wawancara yang berlangsung santai.

Museum Maritim Indonesia yang berlokasi di kawasan komplek IPC Pelabuhan Tanjung Priok, diresmikan pada tanggal 7 Desember 2018 oleh Dirut IPC Elvyn G. Masassya.

Berbagai informasi mengenai sejarah panjang pelabuhan, temuan artefak baik di dalam kapal-kapal pelabuhan maupun barang-barang komoditas yang menjadi ciri khas masing-masing pelabuhan, seperti pelabuhan Tanjung Priok, Sunda Kelapa di Jakarta, Tanjung Mas di Semarang, Tanjung Perak di Jakarta, dan lain sebagainya turut dihadirkan.

Museum tersebut selain menampilkan beragam artefak asli yang menyimpan sejarah maritim Indonesia, juga menerima sumbangan artefak atau benda bersejarah lainnya terkait kemaritiman.

Sumbangan beberapa benda bersejarah tersebut diantaranya adalah sejumlah koleksi pribadi pahlawan kemerdekaan Ir. Djuanda seperti seragam militer dan tempat surat, yang diserahkan oleh pihak keluarga kepada pengelola Museum Maritim Indonesia.***1*** 

Pewarta: Aji Cakti
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2019