Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) meminta agar perguruan tinggi membuka program studi (prodi) sesuai dengan kebutuhan yang ada.

"Kami selalu mendorong agar perguruan tinggi membuka prodi sesuai dengan kebutuhan yang ada di industri, sehingga bisa memenuhi permintaan dunia industri," ujar Ismunandar saat memberikan sambutan pada peresmian Studio SHOH Entertainment di Jakarta, Jumat.

Program studi tersebut harus sesuai dengan potensi daerah. Ia memberi contoh beberapa waktu lalu di Universitas Riau dibuka prodi Pulp dan Kertas, karena di daerah itu terdapat dua perusahaan bubur kertas terbesar.

Ke depan, dia berharap prodi yang baru bisa menunjang ekonomi kreatif, seperti program studi animasi, yang tidak hanya ada di perguruan tinggi tetapi juga tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Saat ini, semakin banyak industri yang membutuhkan tenaga animator. Ia menyebut Korea Selatan merupakan yang salah satu negara yang terdepan di bidang animasi.

Direktur Utama SHOH Entertainment, Seung-Hyun Oh, mengatakan para mahasiswa perlu diberikan akses pengetahuan serta pengalaman dalam bisnis. Terutama dalam bidang animasi.

Studio SHOH Entertainment (SSE) merupakan studio animasi kreatif yang didukung generasi muda dengan talenta berbakat dan teknologi canggih. Studio itu merupakan bagian dari ekspansi SHOH Enterprise yang berbasis di Singapura yang dimulai pada 2018.

"Kami membutuhkan banyak lulusan animasi. Saat ini, kami menampung lebih dari 100 pemuda kreatif. Ke depan akan lebih banyak lagi," kata Seung-Hyun Oh.

Seung Hyun juga mengharapkan lulusan animasi perguruan tinggi dapat mengimbangi permintaan industri animasi. Ia menyebutkan dalam waktu empat tahun ke depan, SSE berencana akan memiliki kurang lebih 500 karyawan permanen.

"Kami percaya pertumbuhan bisnis animasi ke depannya akan meningkat secara signifikan dan hal itu membutuhkan tenaga-tenaga yang memiliki kompetensi," cetus Seung Hyun.

Pewarta: Indriani
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2019