Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertahanan (Menhan), Juwono Sudarsono, usai melakukan takziah di rumah duka almarhum Soedarpo Sastrosatomo mengatakan bahwa Soedarpo adalah pejuang dan mantan diplomat yang patut menjadi teladan bagi banyak orang. Juwono ditemui di rumah duka Jalan Pegangsaan Barat Nomor 16, Jakarta Pusat, Senin, mengatakan bahwa sejak masih menjadi mahasiswa Soedarpo sudah terjun dalam perjuangan kemerdekaan khususnya dalam bidang bisnis. "Revitalisasi perekonomian merupakan perannya bagi pembangunan, soal ekonomi modernisasi," ujarnya. Soedarpo Sastrosatomo (87) meninggal dunia di Rumah Sakit Medistra Jakarta pada Senin, pukul 04.45 WIB, karena usia yang telah lanjut. Pria kelahiran Pangkalansusu, Sumatera Utara, pada 30 Juni 1920 itu sebelumnya telah dirawat di RS Medistra sejak 15 Oktober. Jenazahnya dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, pukul 14.30 WIB. Menurut Juwono, peran yang tidak kalah penting dilakukan Soedarpo adalah masuknya pasal Keadilan Sosial dalam pidato Presiden Soekarno. "Itu usulan beliau. Ia juga seorang aktivis sosial, ia juga berperan menyusun administrasi publik dan administrasi swasta," katanya. Sementara itu di tempat yang sama, Menteri Pemberdayaan Perempuan, Meutia Hatta, mengatakan bahwa Soedarpo merupakan salah satu kawan akrab dan seangkatan dengan ayahnya, Muhammad Hatta, semasa perjuangan revolusi. "Sejak kecil saya sudah dekat dengan beliau. Soedarpo adalah pejuang di bidang bisnis, sekaligus berperan sebagai diplomat. Beliau adalah pejuang sezaman dengan Sutan Syahrir," katanya. Menurut Meutia, pada 1947 Soedarpo ditunjuk sebagai diplomat di Washington DC dan kemudian di Indonesia merintis usaha nasional bidang perkapalan. "Beliau mempunyai cita-cita memperkuat armada kelautan Indonesia sebagai negara maritim. Selain itu beliau mempunyai cita-cita mensejahterakan kehidupan rakyat," katanya. Beberapa hal yang berkesan bagi Meutia adalah Soedarpo merupakan sosok yang memiliki pergaulan luas dengan pengusaha luar negeri, namun tidak meninggalkan ciri bangsa ini dalam pergaulan. "Beliau tetap menjunjung tinggi budaya bangsa," demikian ujar Meutia. Soedarpo meninggalkan seorang istri, Minarsih Wiranatakoesoemah (84), dan tiga anak yakni Shanti Poesposoecipto (59), Ratna Djuwita Tunggul (57), Chandra Leka Malimulia (55), serta enam cucu dan dua cicit. Soedarpo adalah seorang pejuang, mantan diplomat, dan pengusaha sukses yang dikenal sebagai "Raja Kapal Indonesia", serta mantan atlet. Ia juga dikenal sebagai tokoh yang peduli terhadap sesama dan aktif dalam organisasi Rotary Indonesia. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007