Jakarta (ANTARA) - Serikat Pekerja Awak Mobil Tangki (SP-AMT) Pertamina menagih janji Presiden Joko Widodo terkait komitmennya yang akan segera menyelesaikan hak pegawai yang di PHK secara sepihak.

"Kenapa kita bergerak, karena dari mulai 2017 selaku anak perusahaan BUMN mem-PHK kami, yang mayoritas semua pekerja berpuluh-puluh tahun. Mereka di PHK secara tidak manusiawi hanya melalui SMS tanpa ada hak-hak sedikitpun yang dibayarkan," ujar Humas SP-AMT Wadi Atmawijaya, di Jakarta, Senin.

Menurut dia, permasalahan antara SP AMT dengan anak perusahaan Pertamina yakni PT Pertamina Patra Niaga dan Elnusa Petrofin sudah terjadi pada 2017 lalu.

Sebanyak 1.095 di-PHK secara sepihak tanpa ada proses pengganti uang pesangon. Beberapa upaya telah mereka lakukan seperti menggelar mediasi dengan Kemenaker, Kantor Staf Presiden (KSP), hingga bertemu langsung dengan presiden. Namun, kata dia, dari seluruh mediasi yang sempat dilakukan, tak ada titik temu di antara buruh dan perusahaan.

Terkait aksi pembajakan truk tangki milik Pertamina pada Senin, menurutnya, hal ini merupakan buntut dari kekecewaan buruh.

"Dasar dari itu, kita menagih komitmen Pak Presiden Jokowi pasca pertemuan. Beliau akan menyelesaikan secepatnya menyelesaikan, tapi penyelesaian tidak juga kunjung kita dapatkan," kata dia.

Adapun yang menjadi tuntutan mereka seperti pengangkatan karyawan tetap dan pembayaran uang lembur. Mereka juga meminta tidak dilakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara sepihak dan meminta uang pensiun. Usai adanya aksi pembajakan truk tangki, rencananya pada Rabu (20/3), AMT bersama PT Pertamina Patra Niaga dan Elnusa Petrofin akan kembali menggelar mediasi penyelesaian tuntutan buruh.

Apabila dalam mediasi kembali menemui titik buntu, SP-AMT berjanji akan kembali menggelar aksi besar-besaran.

"Jika hari Rabu tidak juga ada titik penyelesaian, pihak perusahaan tidak mau menyelesaikan, kami akan melakukan aksi yang di luar kemampuan, di luar kewajaran bahkan kami akan melakukan aksi-aksi kejutan lainnya," kata dia.

Sementara itu, Manager Coorporate PT Pertamina Patra Niaga Herman mengatakan AMT berasal dari perusahaan pemborong pekerjaan pengangkutan yang bekerja sama dengan PT Pertamina Patra Niaga, yaitu PT Garda Utama Nasional, PT Ceria Utama Abadi, PT Absolute Service, PT Prima Perkasa Mandiri, PT Ardina Prima, dan PT Cahaya Andika Tamara.

"Mereka adalah pekerja vendor dari Pertamina Patra Niaga, ada beberapa vendor. Saat ini mereka tidak bekerja eks pekerja vendor," kata dia.

Menurut dia, permasalahan yang menjadi tuntutan buruh masih dalam tahap negosiasi. Saat ini, kata dia, PT Pertamina Patra Niaga masih mengkaji proposal tuntutan yang diajukan buruh.

"Kita sedang menggodok proposal artinya sudah menerima proposal mereka kemudian kita godok apakah proposal mereka bisa kita tindak lanjut atau tidak," kata dia.

Usai mengagendakan pertemuan pada Rabu mendatang, massa buruh kemudian membubarkan diri yang sejak dari pagi berunjuk rasa di halaman depan Monas.

Baca juga: Pertamina siapkan pengawalan pasca pembajakan truk tangki

Baca juga: Polrestro Jakpus amankan dua truk tangki Pertamina

Pewarta: Taufik Ridwan dan Asep Firmansyah
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019