Kita sudah mengantisipasi langkah-langkah (mengantisipasi perlambatan) itu
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan meyakini target kunjungan 20 juta wisatawan mancanegara (wisman) pada 2019 akan tercapai, meskipun industri parawisata dunia tengah dibayangi dampak perlambatan ekonomi global, yang bisa mempengaruhi daya beli dan kunjungan turis.

"Sampai hari ini kita belum ada indikasi ke sana. Pertanyaannya sebagian besar sudah kita bicarakan, kita sudah mengantisipasi langkah-langkah (mengantisipasi perlambatan) itu," ungkap Luhut usai Rapat Koordinasi Pemerintah Pusat dan Daerah (Rakorpusda) di Jakarta, Senin.

Dalam Rakorpusda itu, pemerintah dan Bank Indonesia menetapkan proyeksi 20 juta kunjungan wisman pada tahun ini akan menghasilkan tambahan devisa 17,6 miliar dolar AS.

Luhut bahkan yakin jumlah kunjungan wisman akan melebihi target 20 juta kunjungan pada tahun ini. "Kami mungkin bisa lebih dari itu, tapi kita bikin angka konservatif," ujar dia.

Beberapa upaya untuk mencapai target itu, kata Luhut, saat ini, pemerintah sedang mempercepat penyelesaian proyek-proyek infrastruktur strategis untuk menarik wisman.

Beberapa proyek infrastruktur strategis itu antara lain bandara baru internasional di Kulonprogo, Yogyakarta, New Yogyakarta International Airport (NYIA), yang akan beroperasi pada April 2019 untuk penerbangan mancanegara dan Oktober 2019 untuk mancanegara dan domestik.

Kemudian pembangunan landasan (runway) ketiga Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, dan penyelesaian pengembangan Bandara Internasional Gusti Ngurah Rai, Bali untuk meningkatkan jumlah wisatawan.

"Selain infrastrtruktur, kami memperkuat promosi pariwisata nasional antara lain melalui promosi digital (marketplace), pengembangan paket wisata dan perluasan paket promo wisata (hot deals) di destinasi wisata," ujar dia.

Untuk semakin membantu pencapaian target pertumbuhan parawisata, Kementerian Koordinasi Bidang Kemaritiman, Bank Indonesia, dan Kementerian Pariwisata juga menetapkan pembentukan sekretariat bersama (sekber).

"Ini juga sekaligus mempercepat sinergitas kebijakan-kebijakan untuk pariwisata," ujar Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo.

Dengan penerimanaan devisa 17,6 miliar dolar AS, pada tahun ini, BI yakin perolehan ini bisa menjadi penyumbang devisa terbesar kedua setelah kelapa sawit.

"Kalau tahun sebelumnya kalah dengan batubara, sekarang sudah bisa menyalip batubara," ujarnya.

Baca juga: Liga Selancar Dunia ingin gelar turnamen di Indonesia
Baca juga: Indonesia dikunjungi 15,81 juta wisman selama 2018

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019