kami bantulah, mendatangkan keramaian dengan menggelar berbagai macam kegiatan
Pasuruan (ANTARA) - Pagi itu, mentari enggan menampakkan jati dirinya. Maklum, semalam wilayah Gempol, Pasuruan, Jawa Timur diguyur hujan yang cukup deras. Akibatnya, udara tanpa pergerakan angin membuat gerah wilayah itu.

Hawa itu pula yang dirasakan di Pasar Gempol, Pasuruan. Berada berdesakan dengan puluhan kios pedagang membuat udara, tetap saja terasa gerah.

Laila, salah satu pedagang pasar tampak mengibas-kibaskan kipas berbahan kardus bekas. Rupanya embusan angin itu masih belum mampu mengusir gerah. Ditambah lagi dengan suasana hati pedagang yang juga ikut-ikutan gerah.

Bagaimana tidak, sudah sekitar dua tahun belakangan ini, Laila bersama dengan puluhan pedagang lainnya mengaku lebih banyak menganggur menunggu dibandingkan sibuk melayani pembeli.

Sejak direvitalisasi menjadi pasar modern, menurut pedagang, penjualan memang banyak menurun dari biasanya.

"Sepi tidak seperti dulu," katanya singkat.

Beruntung perempuan berkerudung ini berjualan bumbu dapur yang memiliki daya tahan lebih lama, dibandingkan dengan dagangan lainnya.

Sepinya pembeli ini masih sangat kental dirasakan oleh para penjual. Mereka beralasan, lebih enak pasar yang dulu, dengan pembeli yang ramai, dibandingkan dengan pasar yang bagus, tetapi sepi pembeli.

Belum lagi penjual juga tetap dibebani dengan iuran rutin sekitar Rp2.500 perharinya untuk biaya retribusi pasar.

Kondisi ini juga dialami oleh Junaidi pedagang makanan yang ada di dalam pasar tersebut. Sehari-hari penjual bakso ini mengaku tidak lebih menjual pentol sebanyak 6 kilogram setiap harinya.

“Pasarnya bersih, pembelinya juga bersih,” ucapnya pagi itu.

Pasar Gempol merupakan satu di antara pasar yang direvitalisasi. Satu di antara ribuan pasar yang menjadi salah satu program unggulan pemerintahan saat ini.

Tidak mudah memang untuk mengembalikan kepercayaan publik supaya mereka mau kembali lagi belanja di pasar tradisional yang sudah mendapatkan sentuhan modern.

Di Pasar Gempol, prasarana memang sudah cukup lengkap dengan berbagai fasilitas yang ada, seperti saluran air bersih, hydrant, taman, lahan parkir yang luas.

Apalagi, sejak dilakukan revitalisasi pasar tersebut, pengelompokan barang dagangan sudah dilakukan oleh pengelola pasar.

Untuk kios makanan, penjualan pakaian, kebutuhan bumbu (peracangan) dan juga sayur serta daging sudah dikelompokkan menjadi kios sendiri-sendiri.

Namun, bukannya memudahkan masyarakat untuk membeli barang kebutuhan mereka, malah seakan ”mengusir” pembeli secara perlahan, namun pasti.

Datangkan Keramaian

Sepinya kondisi di Pasar Gempol ini diakui banyak pihak. Salah satu adalah Dinas Perdagangan Kabupaten Pasuruan. Pihak dinas beralasan, segala upaya dan fasilitas sudah diberikan kepada pedagang.

Beberapa sentuhan modern dan pengelompokan jenis barang dagangan menjadi salah satu paramater kalau pasar itu disebut sebagai pasar modern.

Tempatnya yang bersih, berlantai keramik dan tidak becek, serta saluran pembuangan yang lancar juga turut membuat suasana pasar menjadi semakin nyaman.

Apalagi ditambah dengan kehadiran Gempol Plaza yang berada satu komplek dengan Pasar Gempol.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pasuruan, Edy Suwanto tidak menampik jika saat ini keberadaan Pasar Gempol cenderung sepi pembali.

Ia juga mengakui banyak kios-kios yang memilih untuk tutup, terutama untuk pedagang di kios penjualan pakaian.

”Semua kios ada pemiliknya, sudah dilakukan penyerahan kunci. Tetapi mereka memilih untuk tutup,” katanya.

Pihaknya memiliki rancangan untuk menggairahkan roda perekomian di dalam Pasar Gempol tersebut, salah satunya dengan membantu mendatangkan keramaian.

Keramaian yang dimaksud yaitu dengan menggelar beberapa agenda kegiatan yang mampu menarik massa untuk datang ke tempat tersebut.

”Ya kami bantulah, mendatangkan keramaian dengan menggelar berbagai macam kegiatan,” katanya.

Pasar Gempol merupakan salah satu pioner program revitalisasi pasar yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Pasauruan. Lagi-lagi Edy menuturkan akan ada sentuhan berbeda dalam melakukan revitalisasi pasar tradisional menjadi pasar modern.

Sedikitnya ada 14 pasar tradisional di Kabupaten Pasuruan yang akan diorientasikan menjadi pasar berstandar nasional Indonesia (SNI).

Pihak pengelola pasar memang harus bekerja keras untuk dapat membantu para pedagang, supaya perekonomian di tempat itu bisa berjalan dengan baik.

Seperti pengolahan daging, yang sudah ditempatkan di loss bagian belakang pasar, banyak yang berpindah di depan pintu masuk. Banyak di antara pedagang yang mengaku kurang laku, kalau lokasi berjualannya itu di belakang.

”Ini yang harus ditertibkan,” katanya.

Pemerintah Kabupaten Pasuruan memang memiliki aset baru, dimana belum sepenuhnya masyarakat di wilayah itu mengetahuinya. Banyak yang harus ditingkatkan demi terwujudnya sebuah pasar yang nyaman dan banyak pembeli.

Intinya, pengelola pasar harus menjaga eksistensi pedagang supaya mereka mau membuka kios mereka yang beberapa waktu terakhir memilih untuk tutup.

Jika tidak, pihak pengelola pasar, akan bekerja sama dengan polisi pamong praja akan melakukan penertiban sesuai dengan aturan yang berlaku.

Hal itu bertujuan untuk memfasilitasi pedagang lainnya, yang benar-benar ingin berdagang di tempat tersebut.


Penghargaan Pasar Ramah Lingkungan

Dinas Perdagangan Kabupaten Pasuruan mengaku cukup terkejut dengan penghargaan yang didapatkan dari Presiden Joko Widodo untuk kategori pasar ramah lingkungan.

Pembangunan dan revitalisasi pasar rakyat melebihi target yang dinginkan Presiden Jokowi dari target 5.000 sampai 2019, saat ini sudah mencapai 4.211 pasar.

Pasar Gempol masuk dalam kategori Pasar Ramah Lingkungan bersama dengan dua pasar lainnya yaitu Pasar Bintaro Sektor 2, Banten Selatan; Pasar Serikat C, Batusangkar, Tanah Datar, Sumbar.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pasuruan, Edy mengatakan pihaknya sangat mengapresiasi atas capaian tersebut. Awalnya pihaknya tidak mengetahui ada tim dari Kementerian Perdagangan yang memantau langsung atas kondisi pasar tersebut.

”Kami sangat mengapreasiasi atas capaian ini,” katanya.

Ia mengakui, memang masih ada beberapa kekurangan yang saat ini masih terus dilakukan penyempurnaan. Semuanya dalam tahap menuju ke sana dan penghargaan tersebut akan menjadi motivasi bersama sama mewujudkan infrastruktur publik yang layak.

Saat ini, di Pasuruan diorientasikan ada 14 pasar daerah yang menuju pasar ber SNI. Salah satunya dengan mengembangkan model pembayaran retribusi secara elektronik, sehingga tidak terjadi kebocoran.

Baca juga: Pengamat: revitalisasi pasar dorong peningkatan penerimaan daerah

Baca juga: Pengamat: revitalisasi pasar langkah tepat geliatkan ekonomi


 

Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019