Jakarta (ANTARA) - Ketua Dewan Pembina Yayasan Negeri Rempah Hassan Wirajuda mengatakan International Forum on Spice Route (IFSR) mengingatkan kembali kekayaan warisan bangsa Indonesia yaitu jalur rempah.

"Forum ini menjadi sarana pertukaran pengetahuan, ide maupun konsep antar budaya," ujar Hassan Wirajuda dalam International Forum on Spice Route (IFSR) di Jakarta, Selasa (19/3).

Yayasan Negeri Rempah bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman menyelenggarakan International Forum on Spice Route (IFSR) pada 19-24 Maret 2019 di Jakarta.

Bertema Reviving the World’s Maritime Culture through the Common Heritage of Spice Route, IFSR menjadi sarana untuk memperkenalkan kembali peranan penting Indonesia dalam skala global.

Forum ini dihadiri oleh para akademisi dari Indonesia dan negara-negara sahabat seperti Australia, Amerika Serikat, Filipina, India, Jerman, maupun Malaysia.

Sementara itu, Staf Ahli Menteri Sosio-Antropologi dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Tukul Rameyo Adi mengatakan saat ini adalah saat yang tepat bagi Indonesia untuk mengembalikan kejayaan bangsa ini sebagai bangsa samudera dan tidak hanya dikenal sebagai bangsa pelaut.

"Nusantara sejatinya menjadi poros penghubung antara timur, barat, utara dan selatan. Dari Tiongkok, Timur Tengah hingga Eropa," kata dia.

Rameyo adi mengatakan nusantara sejak lama dikenal sebagai bangsa pedagang dan pelaut yang tangguh mengarungi samudera.

"Rempah adalah salah satu komoditas nusantara dari masa ke masa," ujar dia.

Berdasarkan sejarah, poros perdagangan rempah-rempah global Asia, India–Nusantara–Tiongkok, melalui perairan Hindia hingga Pasifik meninggalkan jejak peradaban yang signifikan.

Terletak di sepanjang jalur maritim tersibuk di dunia, Nusantara dari masa ke masa telah menjadi daerah strategis yang amat penting dan tujuan perdagangan selama ribuan tahun, kata dia. ***3***
 

Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019