Samarinda (ANTARA) - Pengolahan biji kakao di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), Provinsi Kalimantan Timur, dinilai baik karena sudah mampu memproduksi bubuk kakao, namun untuk meningkatkan kualitasnya masih diperlukan pendampingan intensif.

“Beberapa pekan lalu Disbun Kaltim dan pelaku usaha melakukan uji mutu bersama peserta bimtek di Kecamatan Long Pahangai, Kabupaten Mahulu. Hasilnya menunjukkan mutu biji kakao di sana sudah baik,” ujar Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Kaltim, Ujang Rachmad di Samarinda, Kamis.

Meski demikian, lanjutnya, masih perlu terus dilakukan perbaikan tentang teknik fermentasi, karena dengan fermentasi yang baik diyakini berdampak pada peningkatan harga jual.

Ia mengatakan pada 28 Februari hingga 1 Maret 2019, tim dari Disbun Kaltim menggelar bimbingan teknis (bimtek) uji mutu kakao di Kecamatan Long Pahangai, yakni untuk sertifikasi kakao yang  diikuti 30 peserta dari lima kelompok tani.

Materi dalam bimtek adalah tentang teknologi pengolahan hulu kakao, teknologi pengolahan hilir, evaluasi mutu biji kakao menurut SNI 2323: 2008/Amd 2010, pengenalan hama dan penyakit pada tanaman kakao, serta praktik uji mutu biji kakao sesuai dengan SNI.

Menurutnya, hasil praktik uji mutu biji kakao di Long Pahangai menunjukkan mutu yang baik karena berada pada level III dengan ukuran biji AA.

Hasil analisis menunjukkan parameter syarat khusus, yakni biji berjamur, biji berserangga, kadar kotoran dan biji berkecambah sangat kecil sehingga dapat dinyatakan proses pengolahan pascapanen cukup baik, namun nilai biji yang tidak terfermentasi masih cukup tinggi, di bawah 20 persen sehingga menyebabkan penurunan mutu.

“Hasil ini menunjukkan bahwa perbaikan yang harus dilakukan ke depan adalah mengevaluasi dan memperbaiki teknik fermentasi, sehingga akan dihasilkan fermentasi yang maksimal,” ucap Ujang.

Berdasarkan pantauan pengembangan oleh tim yang berangkat ke Long Pahangai, menunjukkan bahwa produk pengolahan berupa bubuk kakao setempat sudah dapat dipasarkan, kemudian produk lemak kakao akan diolah menjadi white cokelat.

Sementara untuk pengolahannya masih perlu terus dilakukan pendampingan di beberapa hal, seperti pengembangan produk white cokelat agar produk lemak kakao dapat dimanfaatkan.

Kemudian perlu bantuan pemasaran produk ke pasar yang lebih luas baik melalui pameran, display produk di toko suvenir, hotel, dan lainnya, yakni untuk mendorong perluasan konsumen. Termasuk masih perlu dibantu pengemasan produk untuk menarik konsumen. 


 

Pewarta: M.Ghofar
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019