Jakarta (ANTARA) - Irawan Haryono bukanlah nama baru dalam kancah bola basket Indonesia. Ia adalah pemilik yang merangkap menjadi manajer dari Stapac Jakarta, tim yang sudah berkali-kali berganti nama sejak pertama kali muncul sebagai Asaba Jakarta pada 1986 silam.

Kim Hong, demikian Irawan akrab disapa, mengaku jika ada yang belum kesampaian dalam tiga dasawarsa ia berkecimpung di dunia basket adalah merasakan dan menyaksikan langsung sentuhan bola basket gaya Eropa Timur.

Syahdan pada 15-30 Juli 2017, tim nasional bola basket putra Indonesia menjalani pemusatan latihan (TC) di Lithuania sebagai kelanjutan dari TC di Amerika Serikat bulan sebelumnya dalam persiapan menyambut SEA Games 2017.

Di Lithuania, timnas putra mendapatkan pelatihan dari pelatih setempat. Yang memimpin sesi klinik pelatihan intensif bagi timnas putra kala itu adalah Giedrius Zibenas, pelatih yang kelak akan menjadi sosok pewujud mimpi Irawan.

Selang setahun kemudian, Irawan yang masih dilanda kekecewaan atas hasil Stapac yang terhenti secara kontroversial di babak semifinal IBL 2017-2018 tengah bimbang karena timnya ditinggalkan pelatih Geraldo "Bong" Ramos yang pulang ke kampung halamannya untuk melatih Blackwater Elite di liga bola basket Filipina (PBA).

Di tengah situasi tersebut, Irawan berkomunikasi dengan Suhadi, mantan manajer timnas basket putra untuk SEA Games 2017, yang juga ikut mendampingi dalam TC di Lithuania kala itu. Suhadi menjadi perantara dan memperlihatkan bagaimana Zibenas memimpin klinik pelatihan untuk timnas putra.

Dari secuil informasi itu, Irawan tertarik untuk menggunakan jasa Zibenas. Menariknya, pertimbangan lain yang mendasari keputusan Irawan untuk mempekerjakan Zibenas adalah tarif gajinya yang tidak terlalu mahal.

"Saya banding-bandingin kok dia enggak mahal ya. Daripada saya ambil Filipina lagi. Pertimbangan pertama itu, kok ternyata cuma segini aja harganya," kata Irawan ditemui di GOR C'Tra Arena, Bandung, Sabtu (23/3).

Bahkan, Irawan mengaku bahwa tarif gaji Zibenas tidak berbeda jika dibandingkan dengan Bong Ramos.

"Jadi kenapa kita enggak mau mencoba. Cuma memang, waktu timnas putra itu kan sama dia cuma latihan. Kita belum pernah lihat dia pengalaman pegang tim," kata Irawan sembari menambahkan bahwa ia tidak memiliki ekspektasi berlebihan terhadap Zibenas pada awalnya.

Awalnya, Irawan memanggil Zibenas ke Indonesia hanya untuk memimpin sesi latihan, sebagai sebuah batu loncatan untuk semakin meyakinkan dirinya dalam mengambil keputusan.

"Begitu lihat dia nge-drill wah kaget saya. Buset ini orang teliti begini, lagsung saya tertarik," kata Irawan mengenang momen final pengambilan keputusannya untuk mempercayakan posisi pelatih kepala Stapac kepada Zibenas.

Namun, ada momen menarik yang diingat oleh Irawan dari saat itu. Zibenas, kata Irawan, melontarkan kritik pedas lantaran ketika itu sesi latihan yang jadi batu loncatannya hanya diikuti oleh enam pemain Stapac.

"Sampai dia marah-marah sama saya, dia bilang 'kamu ini, ofisial lebih banyak dari pemain, mana pemainnya?'," kenang Irawan.

Kala itu memang sebagian besar pemain Stapac sudah habis masa kontraknya dan Irawan belum mengambil keputusan apapun terkait kondisi roster.

Maka dikumpulkanlah satu per satu bahan-bahan ramuan yang akan diracik oleh Zibenas. Termasuk salah satunya kedatangan Kaleb Ramot Gemilang dari CLS Knights, menyusul kepergian point guard andalan musim sebelumnya Andakara Prastawa Dhyaksa yang menyeberang ke Pelita Jaya Basketball.

Bahkan, Irawan mengakui baru menyepakati kontrak untuk Isman Thoyib dalam gelaran turnamen pramusim IBL Go-Jek 2018 di Solo pada Oktober 2018.

Sedangkan dari segi pemain asing yang didatangkan dalam kuota sesuai regulasi IBL, Stapac memutuskan untuk memulangkan Keenan Peterson yang awalnya mereka pilih untuk digantikan Savon Goodman. Sebelum kemudian, Jordin Mayes menderita cedera achilles tepat pada laga pertama musim reguler Seri I Semarang IBL 2018-2019 dan digantikan Kendal Yancy.

Belakangan bahan-bahan tersebut diracik oleh Zibenas untuk membukukan catatan 21 kemenangan dan hanya satu kekalahan sepanjang IBL 2018-2019, serta mengantarkan gelar juara bagi Stapac yang terakhir kali mencapainya pada 2014 saat liga masih bernama Liga Bola Basket Nasional (NBL) Indonesia.

Zibenas bukan saja mewujudkan mimpi Irawan untuk merasakan pola permainan khas Eropa Timur yang menonjolkan kolektivitas tim ketimbang bergantung pada satu dua pemain bintang semata, tetapi juga memuaskan dahaga juara Stapac.

Di partai final IBL 2018-2019, Stapac mempecundangi juara bertahan Satria Muda dua laga langsung dengan kemenangan 79-68 dan 74-56 untuk meraih trofi ke-13 bagi tim yang menyemai tradisi jawara mereka sejak 1988 silam.


Transfer ilmu

IBL 2018-2019 memang musimnya Stapac. Mereka melengkapi tiga capaian jawara yakni di turnamen pramusim, musim reguler dan seri playoff.

Tak hanya itu, Stapac juga panen penghargaan perorangan di IBL 2018-2019. Agassi Goantara didapuk sebagai Debutan Terbaik, Widyantaputra Teja menjadi Pemain Paling Meningkat, Abraham Damar Grahita meraih Cadangan Terbaik dan Kaleb menyabet gelar perorangan tertinggi yakni Pemain Terbaik.

Titik kulminasinya adalah keberhasilan Goodman menjadi Pemain Terbaik Final IBL 2018-2019 berkat catatan dwiganda 21 poin dan 12 rebound di laga pertama yang dilengkapi 20 poin dan 19 rebound di pertandingan kedua.

Sedangkan Zibenas boleh jadi gagal meraih gelar Pelatih Terbaik hanya karena ia melatih tim tradisional jawara Stapac, kalah bersaing dari pencapaian Wahyu Widayat Jati yang menorehkan tinta emas dalam sejarah NSH Jakarta yakni mengantarkan mereka lolos playoff untuk pertama kalinya dan langsung ke babak semifinal karena mengakhiri musim reguler sebagai pemuncak klasemen akhir Divisi Merah.

Namun bagi Irawan, pelatih terbaik musim ini di IBL 2018-2019 tetaplah Zibenas. Pria asal Lithuania itu bukan saja berhasil mengakhiri paceklik gelar Stapac dalam lima tahun terakhir tapi menanamkan ilmu yang akan menjadi pondasi bagi kejayaan tim tersebut dalam beberapa tahun mendatang.

Irawan bahkan menyatakan rasa puasnya sebelum ia ikut menyerbu masuk ke tengah lapangan GOR C'Tra Arena pada Sabtu (23/3) malam untuk turut mengangkat trofi IBL 2018-2019.

"Puas banget. Pasti. Karena banyak sekali ilmu baru yang ia bagikan," kata Irawan pada Sabtu (23/3) sore.

"Menurut saya dengan dia datang saya belajar banyak. Jauh. Mau dari segi persiapannya, sesi latihannya, lagi mainnya, dan sekali lagi yang utama disiplinnya," ujarnya menambahkan.


Disiplin tinggi

Salah satu ilmu yang ditinggalkan adalah tingginya tingkat disiplin latihan.

Jika berkesempatan untuk menyaksikan langsung sesi latihan Stapac, paduan suara decit-decit sepatu yang beradu dengan lantai lapangan maupun bola yang menghantam permukaan kayu akan kerap diselingi arahan nada-nada tinggi dari Zibenas.

Sepintas, arahan-arahan itu terdengar seperti orang yang tengah marah-marah dan memaki-maki para lawan bicaranya.

Itu juga kesan yang diakui oleh Abraham ketika ia menyampaikan keterangan dalam jumpa pers purnajuara.

"Menurut gua, latihan kami selama ini, dimarah-marahin dimaki-maki setiap hari, itu terbayar. Hari ini kami juara!" kata Abraham masih dengan rona bahagia berhasil meraih gelar juara pertamanya.

Tak hanya di sesi latihan, disiplin tinggi Zibenas juga terjadi dalam pertandingan. Irawan mengaku Zibenas secara blak-blakan memintanya tidak duduk di bangku cadangan pemain ataupun berbicara di sesi arahan di ruang ganti, dua hal yang mungkin tak asing dilakukannya di masa-masa Stapac ditangani pelatih-pelatih terdahulu.

Dalam keikutsertaan pada turnamen Piala Pacific Caesar di Surabaya pada Juli 2018, Zibenas belum menangani Stapac dan hanya hadir di tribun penonton sedangkan Irawan masih mendampingi pelatih kepala waktu itu Antonius Joko di bangku cadangan.

"Terus dia bilang, 'gua tahu lo owner, tapi gua enggak mau duduk di bench. Pokoknya lo enjoy the game aja," kenang Irawan.

"Terus kalau pas masuk ruang ganti, gua gak boleh ngomong. Dia bilang "lo kalau mau ngomong silakan, kalau udah kelar keluar. Kalau gua enggak bisa menyelesaikan masalah baru gua panggil lo, selama gua bisa, lo minggir," ujar Irawan lagi.

Zibenas sendiri menilai para pemainnya telah banyak berkorban demi beradaptasi dengan pola kepelatihannya di Stapac.

"Anda harus realistis, ketika tiba di sebuah benua baru. Para pemain melakukan banyak hal untuk bisa beradaptasi dengan permainan yang saya arahkan. Saya juga beradaptasi untuk beberapa hal, main tanpa AC misalnya, makanan lokal juga, tapi para pemain juga beradaptasi dengan filosofi kepelatihan saya. Tapi sekali lagi pekerjaan belum selesai.

"Para pemain mengorbankan banyak hal untuk bisa beradaptasi dengan permainan yang saya arahkan," kata pria yang akrab disapa Ghibbi itu.

Disiplin adalah sesuatu diakui Zibenas ingin ia tanamkan dalam-dalam ke benak para pemain Stapac. Hal itu juga sebetulnya diharapkan bisa diikuti oleh para pemain tim-tim lain di IBL.

Sebab menurut Zibenas talenta pemain basket akan selalu bisa ditemui di belahan bumi manapun.

"Tapi di Indonesia mereka kurang dalam hal disiplin," ujarnya.

Ia juga menekankan filosofi utamanya yaitu tidak boleh ada satu pun pemain yang berbicara tentang ambisi menjadi juara di sesi latihan. Tidak.

Baginya, setiap pertandingan sama pentingnya sehingga tim maupun pemain tidak boleh melakukan tebang pilih dan meremehkan kekuatan lawan hanya karena kondisi sudah lebih nyaman ataupun di atas kertas sudah pasti menang.

"Saya ingin melihat tim-tim IBL lebih menghargai olahraga ini. Jangan membeda-bedakan mana pertandingan yang penting dan mana yang tidak," tukasnya.

Segala aturan, makian dan filosofi kepelatihan Zibenas telah mewujud menjadi gelar juara IBL 2018-2019 bagi Stapac. Momen itu boleh jadi merupakan awal baru dari era Stapac di kancah basket nasional.

Namun, semuanya kemudian terbentur pada kepastian kelanjutan Zibenas menangani Stapac di musim mendatang.

Saat ditanya, Zibenas tak memberikan kepastian apapun kecuali bahwa ia menyukai Stapac dan ingin kembali jika sudah jalannya.

"Pekerjaan seorang pelatih itu menarik, saya tidak pernah berpikir bakal bekerja di Indonesia, Iran, Denmark, Italia, Estonia atau manapun, Kadang kala ketika agen menelepon anda, tidak ada pilihan selain berangkat," kata Zibenas.

"Tapi, ya, saya ingin kembali. Saya menyukai organisasi ini. Tentu saja kami perlu meningkatkan banyak hal untuk semua pihak yang terlibat di dalamnya," ujar dia menambahkan.

Zibenas selanjutnya akan pulang ke kampung halamannya di Lithuania dan membantu timnas putra U-20 negaranya dalam persiapan menyongsong Kejuaraan Eropa U-20 pada Juli mendatang di Israel.

Kontrak Zibenas di Stapac berdurasi satu tahun dengan opsi perpanjang satu tahun, meski awalnya Irawan ingin langsung mengontrak dengan durasi dua tahun dan opsi perpanjangan satu tahun.

Bisa dipastikan Irawan akan melakukan negosiasi keras agar bisa menyaksikan Stapac tampil di musim depan dengan didampingi Giedrius Zibenas, pria yang mewujudkan mimpinya menyaksikan gaya bermain ala Eropa Timur dan berbuah manis gelar juara IBL 2018-2019.

Baca juga: Seperti dendam, rindu (juara) harus dibalas tuntas

Baca juga: Ringkasan IBL 2018-2019, Stapac juara setelah lima tahun

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2019