Kuala Lumpur (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Selandia Baru Winston Peters dijadwalkan akan melakukan kunjungan ke Malaysia Selasa (26/3) pada kunjungan yang dijadwalkan setelah serangan teroris di Christchurch.
"Selandia Baru telah menjadi teman dekat dengan Malaysia selama lebih dari 60 tahun, dengan pertahanan, perdagangan, pendidikan, dan hubungan Persemakmuran yang signifikan," kata Peters sebagaimana tersia dalamr siaran pers di laman resmi Pemerintah Selandia Baru, Senin.
Dia mengatakan kunjungan ini memberi Selandia Baru kesempatan untuk berterima kasih kepada Malaysia secara langsung atas persahabatan dan dukungan mereka selama periode yang sulit ini.
"Ini untuk mengekspresikan kesedihan kami sendiri atas kehilangan mereka juga," katanya.
Di Malaysia, Peters akan bertemu dengan Wakil Perdana Menteri Dato' Seri Wan Azizah Wan Ismail, Menteri Luar Negeri Dato' Saifuddin Abdullah, dan anggota parlemen Dato 'Seri Anwar Ibrahim.
"Malaysia adalah salah satu mitra ekonomi Selandia Baru terbesar di Asia Tenggara. Banyak orang Malaysia menyebut Selandia Baru sebagai rumah, sementara yang lain menghabiskan waktu di Selandia Baru, terutama sebagai mahasiswa," kata Peters.
Peters berangkat Selasa pagi dan kembali ke Selandia Baru Kamis 28 Maret 2019.
Sebelumnya Kementerian Luar Negeri Malaysia mengumumkan bahwa warganya, Muhammad Haziq bin Mohd Tarmizi (17), menjadi korban jiwa penembakan teroris di Christchurch, Selandia Baru, pada Jumat (15/3) pekan lalu.
“Dengan kesedihan mendalam dan dengan persetujuan dari keluarga, Kementerian Luar Negeri ingin mengonfirmasikan bahwa Muhammad Haziq bin Mohd Tarmizi berada di antara 50 korban yang kehilangan nyawa dalam insiden penembakan tragis di Christchurch," demikian bunyi siaran pers Kemenlu Malaysia, Kamis.
Muhammad adalah putra Mohd Tarmizi Shuib, yang juga terluka ketika serangan itu terjadi.
Baca juga: Ribuan orang di Selandia Baru berkumpul mengenang korban Christchurch
Baca juga: Menlu Selandia Baru sampaikan belasungkawa bagi WNI korban penembakan

 

Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019