Boao, China (ANTARA) - Utang-utang publik secara keseluruhan di negara-negara berkembang utama berada pada tingkat yang relatif rendah pada 2018, dan risiko-risiko mereka masih dapat dikendalikan, laporan Forum Boao untuk Asia (Boao Forum for Asia/BFA) mengungkapkan pada Selasa.

Negara-negara berkembang utama, yang didefinisikan oleh forum sebagai "E11", merujuk ke Argentina, Brasil, China, India, Indonesia, Republik Korea, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, dan Turki.

Tingkat utang publik rata-rata negara-negara E11 adalah sekitar 47,1 persen dari PDB, lebih rendah dari batas 60 persen yang ditetapkan dalam Pakta Stabilitas dan Pertumbuhan Uni Eropa dan jauh di bawah tingkat 115,1 persen untuk Kelompok Tujuh negara maju, menurut laporan tersebut, dikutip dari Xinhua.

Laporan yang berjudul "Laporan Tahunan Perkembangan Ekonomi-ekonomi Berkembang 2019" (Development of Emerging Economies Annual Report 2019) dirilis pada konferensi pers konferensi tahunan BFA, yang berlangsung 26-29 Maret di Provinsi Hainan, China selatan.

Meskipun tingkatnya relatif rendah, utang publik E11 pada umumnya meningkat. Dalam hal tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata utang publik, negara-negara E11 tidak termasuk India dan Rusia semua mempertahankan pertumbuhan positif pada periode 2015-2018, dan pertumbuhan itu bahkan lebih cepat di beberapa negara, laporan itu memperingatkan.

Laporan itu memperingatkan kemungkinan beban utang yang lebih tinggi pada beberapa negara berkembang, karena kemungkinan pergerakan naik tingkat suku bunga global dan penurunan solvabilitas mereka sebagai akibat dari pertumbuhan PDB yang lebih lambat.

Baca juga: Bank Sentral Kanada sebut kenaikan utang global ancam pertumbuhan ekonomi dunia
Baca juga: Utang luar negeri Indonesia meningkat 7,2 persen pada Januari

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019