Banda Aceh (ANTARA) - Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Aceh menggalang donasi membantu Muhammad Rifqi (11),  siswa berprestasi di Sekolah Dasar Negeri Ceubrek di Gampong (desa) Ceubrek, Kabupaten Bireuen, Aceh, untuk berobat sakit jantung di Jakarta.

Kepala Bidang Program ACT Aceh, Laila Khalidah di Banda Aceh, Kamis, mengatakan, pihaknya dan Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Bireuen kini berupaya menggalang donasi untuk membantu biaya hidup selama masa pengobatan Rifqi dirujuk ke Rumah Sakit Jantung Harapan Kita di Jakarta.

"Penggalangan donasi ini, merupakan program 'Mobile Social Rescue/MSR yang pelaksanaannya melalui internet. Nanti, donasi yang terkumpul juga akan digunakan untuk memberdayakan perekonomian keluarga ini," terangnya.

Seperti diketahui, penyakit jantung iskemik atau penyakit arteri koroner merupakan penyakit di mana jantung mengalami kekurangan zat makanan, dan oksigen akibat penyempitan pembuluh darah arteri jantung. Akibat yang ditimbulkan bagi tubuh si penderita, yakni mudah lelah, sering demam menggigil, kuku tangan dan kaki cepat membiru.

"Bagi siapapun yang ingin menyumbang dapat mengakses link Kitabisa.com. Bisa juga dengan menghubungi ACT Aceh di nomor 0822 8326 9008 atau mengirimkan donasinya ke rekening Bank Aceh Syariah 010 0193 000 9205 atas nama Aksi Cepat Tanggap," kata Laila.

Sebelumnya MRI Bireuen bersama ACT Aceh telah mengunjungi tempat tinggal Rifqi di satu rumah yang terbuat dari kayu papan berlantaikan tanah terletak di Gampong Ceubrek, Peusangan Selatan, Bireuen, Aceh, pada Rabu (13/3).

Fadhil (53), orang tua kandung Rifqi mengatakan, sudah tidak tahu harus berusaha lagi akibat keterbatasan biaya mengobati anaknya yang divonis menderita penyakit jantung iskemik sejak lahir, dan menjadi penyebab kematian nomor satu di Indonesia.

Saat tim ACT Aceh berkunjung, terlihat Rifqi ditemani keluarganya cuma terdiam, dan tidak banyak bicara. Ayahnya mengaku, sangat mengkhawatirkan buah hatinya bersama istrinya Nurwaida (44), jika anaknya mengalami kejadian lebih buruk lagi yang bisa terjadi kapan saja.

"Anak kami ini dulunya rajin ke masjid untuk sholat berjamaah, dan pergi sekolah. Tetapi sekarang, sudah sering murung dan berdiam diri di rumah. Dia tidak boleh kecapaian," ucapnya.

Sebelumnya, Fadhil dan Nurwaida sudah pernah membawa Rifqi ke Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin di Banda Aceh untuk berobat jalan sekaligus rongent, dan diperiksa di Rumah Sakit Telaga Bunda di Bireuen.

Akibat keterbatasan peralatan tim dokter di kedua rumah sakit itu terpaksa merujuknya ke Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.
"Fasilitas rumah sakit di ibu kota itu, lebih lengkap menangani penyakit seserius yang diidap anak saya ini," tutur dia.

Fadhil mengakui, bila biaya rumah sakit di Jakarta ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Tetapi biaya hidup, dan perjalanan ke ibu kota Negara itu cukup besar. "Pendapatan kami per bulan paling banyak cuma Rp500 ribu, itu pun dari saya seorang diri. Sementara, ada lima anggota keluarga yang harus saya tanggung," ujarnya.

"Kerabatnya kami, hanya mampu memberi bantuan ala kadarnya. Sedangkan isteri saya di rumah saja, sembari mengawasi Rifqi yang kesakitan sewaktu-waktu," kata Fadil.

Baca juga: ACT salurkan bantuan 48.705 jiwa dua tahun terakhir di Aceh
Baca juga: Global Zakat-ACT bagikan ribuan paket makanan kampung nelayan Semarang
Baca juga: ACT Aceh gelar silaturahim sambut Ramadhan

Pewarta: Muhammad Said
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019