Jakarta (ANTARA) - Indonesia mengecam penggunaan kekerasan di Mali Tengah, yang mengakibatkan sedikitnya 157 warga desa tewas dalam salah satu peristiwa pertumpahan darah terburuk di negara tersebut.

“Kita sangat prihatin dengan yang terjadi, dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban atas kekerasan yang baru-baru ini terjadi di Mali,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir dalam press briefing di Jakarta, Kamis.

Reuters melaporkan serangan oleh orang-orang bersenjata yang membakar rumah-rumah tempat wanita dan anak-anak berada di dalamnya, telah meningkatkan konflik antara suku pemburu Dogon dan suku penggembala Fulani.

Serangan itu terjadi kurang dari satu pekan setelah serangan maut dilancarkan oleh sekelompok penganut garis keras ke sebuah pos tentara di Mali Tengah, hingga menewaskan 23 tentara.

Sebuah kelompok jaringan Al Qaida menyatakan sebagai pelaku serangan tersebut.

PBB telah mengirim satu tim yang terdiri atas 10 ahli hak asasi manusia, agen perlindungan anak, dan dua penyelidik Misi Stabilisasi Terintegrasi Multidimensi di Mali (MINUSMA) untuk menyelidiki serangan yang terjadi pada akhir pekan lalu. ***2***

Baca juga: 157 orang tewas dalam serangan terhadap suku gembala Mali
Baca juga: Sepuluh penjaga perdamaian PBB tewas dalam serangan di Mali

Baca juga: Ban Ki-moon kecam pembunuhan prajurit perdamaian di Mali

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2019