Jakarta (ANTARA News) - Masa depan bangsa terancam suram akibat rendahnya nasionalisme di kalangan pemuda, karena perasaan nasionalisme merupakan alasan seseorang mengabdi secara total pada negaranya. "Pemuda yang seharusnya menjadi pelopor kenyataannya kini jatuh ke jurang materialisme yang tak terkontrol," kata Ketua Umum Barisan Pemuda Peduli Rakyat (BPPR) Yudhie Rohcitayadi saat renungan Sumpah Pemuda di Tugu Proklamasi, Jakarta, Sabtu malam. Yudhie mengajak kalangan pemuda membuka mata bahwa Indonesia yang pernah sedemikian disegani di kancah internasional, sekarang mulai dipandang sebelah mata oleh negara lain, bahkan negara tetangga yang notabene negara kecil, seperti Malaysia dan Singapura. "Seharusnya kita merasa malu direndahkan oleh negara-negara yang dulu pernah berguru kepada kita," tutur alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) itu. Ironisnya, kata Yudhie, sangat sedikit kalangan pemuda yang menaruh perhatian pada masalah itu karena lebih menaruh perhatian pada kehidupan hedonis. "Kita, kalangan pemuda semestinya sadar, masa depan negara ini tergantung kita. Apa jadinya negara ini jika kita tak peduli," katanya. Oleh karena itu, BPPR mengajak kalangan pemuda menjadikan peringatan 79 tahun Sumpah Pemuda untuk membangkitkan kembali nasionalisme sekaligus jiwa kepeloporan pemuda. BPPR mengajak kalangan pemuda mendobrak keadaan saat ini. Pemuda di semua lini kehidupan ditantang untuk tidak kalah dengan generasi tahun 1920-an yang telah gemilang meletakkan dasar bagi terbentuknya negara Indonesia. "Ini bukan ajakan untuk berbuat anarkhis, namun mari kita kaum muda berpartisipasi dengan karya nyata dengan kesadaran untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi negara ini," katanya. BPPR sendiri, kata Yudhie, memilih berkiprah tidak di jalur politik praktis melainkan di bidang ekonomi dan sosial budaya dengan penekanan pada pemberdayaan masyarakat. Kepada para mantan aktivis pemuda dan mahasiswa yang kini telah sukses di bidang masing-masing, Yudhie meminta mereka melakukan introspeksi. Mereka yang dulu menggebu menginginkan keadaan negara yang lebih baik diingatkannya untuk kembali memegang dan melaksanakan komitmennya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007