Magelang (ANTARA) - Direkrorat Sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan Gerakan Melek Sejarah (Gemes) di Kota Magelang, Jawa Tengah.

"Gerakan Melek Sejarah dengan menggunakan akronim Gemes pasti akan sangat melekat untuk generasi milenial khususnnya anak-anak pelajar," kata Direktur Sejarah Ditjen Kebudayaan Kemendikbud Triana Wulandari di Magelang, Jumat.

Ia menuturkan kegiatan Gemes di Akhir Maret 2019 meliputi beberapa rangkaian acara, meliputi pergelaran teater tari  "Aku Diponegoro", pameran literasi sejarah, bedah buku, dan nonton bareng film sejarah.

"Direktorat Sejarah baru pertama kali mengadakan pameran produksi buku-buku sejarah dan Magelang menjadi kota pertama kali untuk penyelenggaraannya," katanya.

Menurut dia pameran ini ditampilkan tidak seperti biasa, tidak hanya sekadar memamerkan buku tetapi ada berupa buku audio,   aplikasi atlas, buku elektronik, ada pameran interaktif. Selain itu juga ada pameran lukisan tentang Pangeran Diponegoro.

Ia menyampaikan Gemes bertujuan untuk menguatkan dan menjaga keberlanjutan budaya literasi di tengah masyarakat, meningkatkan kesadaran dan pemahaman sejarah, bukan hanya sebatas pemahaman tekstual saja tetapi juga pembentukan pola pikir, memahami keterbangunan dan menumbuhkan sikap kritis di tengah derasnya arus informasi.

Ia menuturkan Gemes diimplementasikan dalam berbagai penyelenggaraan kegiatan kesejarahan yang dapat memantik daya apresiatif dan dapat menumbuhkan kesadaran dan kepedulian terhadap khasanah sejarah bangsa.

Secara umum, katanya pameran ini terbagi menjadi 3 bagian, pertama zona literasi menampilkan berbagai karya terbitan direktorat sejarah yang dipamerkan terbitan tahun 2015-2018 sekitar 50-an buku.

Bagian kedua menampilkan zona aktivitas bagi penngunjung ada aktivitas seperti menonton film pendek inspiratif, menjalankan aplikasi atlas, berbagai pesan dan kesan membaca buku, dan mendengarkan dongeng.

Zona ketiga adalah zona Pangeran Diponegoro, dalam zona ini ditampilkan video pendek tentang karikatur perang Jawa tahun 1825-1830, atlas interaktif perang Jawa dan lukisan Pangeran Diponegoro.

"Tiga zona tersebut mempunyai aspek yang berbeda-beda, jadi tidak hanya sekadar mengunjungi tetapi seluruh pengunjung bisa terlibat aktif berpartisipatif karena ada permainan, games, dan aplikasi," katanya.

Pameran yang berlangsung di selasar Museum BPK Magelang ini berlangsung pada 29-31 Maret 2019.

Wakil Wali Kota Magelang Windarti Agustina menyampaikan apresiasi dan penghargaan kepada Direktorat Sejarah,  Kemendikbud yang dengan penuh komitmen sudah mengupayakan peningkatan budaya literasi masyarakat khususnya yang ada di Kota Magelang.

Ia menuturkan Magelang adalah kota yang tidak akan pernah lepas dari kisah sejarah perjuangan Pangeran Diponegoro, di kota ini pejuang kemerdekaan sekaligus pahlawan kemanusiaan itu ditangkap melalui sebuah pengkhianatan yang berkedok perundingan damai.

"Sosok pahlawan Diponegoro menunggangi kudanya pun kini diabadikan sebagai salah satu landmark di sudut Alun-Alun Kota Magelang dengan harapan masyarakat khususnya generasi muda bisa meneladani semangat perjuangan patriotisme serta nasionalisme Pangeran Diponegoro.


Baca juga: Budayakan gemar baca empat buku sejarah Kota Tangerang diluncurkan
Baca juga: ANTARA Doeloe: Gara-gara dukun, makam Pangeran Diponegoro dikira di Jogjakarta
 

Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019