Temanggung, Jawa Tengah (ANTARA) - Sebanyak 150 anak Sekolah Dasar dibersihkan telinganya di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Temanggung, Sabtu, dalam kegiatan bakti sosial untuk memperingati Hari Pendengaran Dunia.

Ketua penyelenggara bakti sosial peringatan Hari Pendengaran Dunia Kabupaten Temanggung Anton Haryono mengatakan kegiatan itu diselenggarakan bekerja sama dengan Komisi Daerah Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian Jawa Tengah.

Ia menuturkan berdasarkan data WHO penderita gangguan pendengaran sekitar lima persen dari seluruh penduduk dunia dan sebagian besar berada di negara berkembang termasuk Indonesia.

Gangguan pendengaran, ia menjelaskan, antara lain terjadi karena masalah bawaan dari lahir, infeksi telinga, paparan kebisingan, dan adanya penumpukan kotoran di telinga.

"Pada hari ini kami lebih konsentrasi pada kurang pendengaran yang diakibatkan oleh kotoran telinga pada pada anak-anak," katanya.

Kegiatan bakti sosial pembersihan telinga, menurut dia, ditujukan pada anak-anak karena selama ini kasus tersebut banyak ditemukan pada anak-anak, terutama mereka yang masih di bangku sekolah dasar,

"Pada umumnya para orangtua juga takut untuk membersihkan telinga anaknya. Kotoran telinga ini yang menyumbang kurang pendengaran terbanyak pada anak-anak, di samping penyakit infeksi," katanya.

Mengenai penggunaan alat seperti cotton bud untuk membersihkan telinga, dia mengatakan,"Kalau telinga itu sangat kotor, dengan cotton bud tidak baik karena bukan mengambil tetapi malah mendorong sehingga kotoran akan menumpuk."

Ia menganjurkan pemeriksaan rutin ke dokter minimal enam bulan sekali untuk mengetahui kondisi penumpukan kotoran di telinga.

Anton menambahkan bahwa sebenarnya secara alami kotoran telinga akan terdorong keluar sendiri oleh mekanisme tubuh. Pembersihan hanya dilakukan sesuai kebutuhan, misalnya kalau sampai terjadi penumpukan banyak kotoran di telinga.

Baca juga:
Skrining pendengaran sejak lahir untuk deteksi tuli bawaan
Mendengar percakapan tidak jelas termasuk tuli ringan

 

Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019