Jakarta (ANTARA News) – Daerah perkotaan disebut sebagai wilayah yang rentan akan diabetes. Hal inilah yang membuat DKI Jakarta sebagai ibu kota Indonesia melakukan kemitraan Cities Changing Diabetes, yang bertujuan untuk menekan peningkatan dramatis prevalensi diabetes di seluruh dunia. 

Kemitraan Cities Changing Diabetes menyerukan untuk membengkokkan kurva diabetes untuk mencegah lebih dari 100 juta kasus baru diabetes pada tahun 2045. Jakarta menjadi kota pertama di Indonesia yang dipilih untuk menginisiasi Cities Changing Diabetes karena prevalensi diabetes nya yang tertinggi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), angka prevalensi diabetes yang sudah terdiagnosis meningkat dari 2,5% di 2013, menjadi 3,4% di 2018. Artinya, dari total 10,5 juta penduduk DKI Jakarta, sekitar 250 ribu di antaranya terdiagnosis diabetes.
 
Menurut dr. Dicky L. Tahapary, Sp.PD, PhD peneliti dari Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia, “Sebanyak 45% penderita diabetes di Jakarta berusia di bawah usia 40 tahun, bahkan 10% berusia di bawah 30 tahun,”.
 
Pemetaan dilakukan Agustus lalu oleh IMERI-FKUI, Perkeni, dan Pemprov DKI Jakarta. Pemetaan itu dilakukan terhadap 12.775 pasien diabetes yang terdaftar di fasilitas kesehatan tingkat pertama. Pemetaan itu menunjukkan hanya 30% pasien diabetes yang gula darahnya terkontrol. Penyebabnya, antara lain, penderita malas kontrol rutin dan sulit mengubah gaya hidup. “Tantangan yang paling susah ialah mengubah gaya hidup meskipun pasien sudah minum obat teratur,” katanya.
 
Selain itu, ketersediaan obat diabetes di fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas masih terbatas beberapa jenis saja sehingga belum optimal mengendalikan gula darah pasien. Didapati juga, meski 70% dari 12.775 pasien diabetes yang terdaftar teratur berobat, hanya 9% yang ikut program pengelolaan penyakit kronis.

Padahal, diabetes yang tidak terkontrol berisiko menimbulkan berbagai penyakit komplikasi berbahaya, seperti gagal ginjal, serang­an jantung, stroke, amputasi kaki karena luka infeksi yang tak kunjung sembuh, serta kebutaan.

Selain berbagai keterbatasan yang ada di faskes primer, sistem rujukan dan rujuk balik masih perlu diperbaiki. Kebanyakan pasien DM tipe 2 masih mendapat pengobatan di Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan, hanya 20% dokter umum di Puskesmas yang menerima pasien rujuk balik.
 
“Dalam kemitraan program Cities Changing Diabetes ini kami telah membentuk Kelompok Kerja (Pokja) khusus untuk yang terdiri dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta), IMERI FKUI selaku peneliti, PERKENI, BPJS Kesehatan, serta Kementerian Kesehatan RI,” kata dr. Widyastuti, MKM, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
 
“Misi kami adalah menemukan permasalahan-permasalahan utama diabetes di Kota Jakarta, serta mengimplementasikan solusi nyata bagi permasalahan tersebut,” tambah Widyastuti.
 
Novo Nordisk memprakarsai Cities Changing Diabetes pada tahun 2014, bermitra dengan dengan University College London dan Steno Diabetes Centre Copenhagen. Mexico City adalah yang pertama yang menginisiasi program ini pada 2014; sejak itu, 18 kota lainnya secara global telah bergabung dalam kemitraan ini, memetakan tantangan dan melakukan aksi/tindakan, serta mengeluarkan kebijakan baru dalam hal kesehatan. Lebih dari 30 intervensi berdasarkan penelitian telah dimulai untuk memahami tantangan diabetes di setiap kota. Penelitian semacam itu membuat pemerintah (contohnya) Mexico City menyadari potensi konsekuensi yang timbul dari peningkatan prevalensi diabetes dan obesitas yang mengkhawatirkan. Mexico City berkomitmen untuk membuat perbaikan dalam hal kesehatan bagi 21 juta warganya dengan menambahkan 186 km jalur bersepeda. Jumlah pengguna sistem berbagi sepeda, EcoBici meningkat tiga kali lipat menjadi 300.000 antara 2014 dan 2019.
 
Morten Vaupel, Vice President & General Manager PT Novo Nordisk Indonesia mengatakan, ia menyadari bahwa Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang mengalami peningkatan prevalensi diabetes tercepat, terbukti dari Riset Kesehatan Dasar 2018. 

“Oleh karena itu, kami menginisiasi Jakarta sebagai kota ke-17 yang mengimplementasikan program Cities Changing Diabetes (CCD). Program tersebut memiliki tiga elemen yang saling berkaitan yaitu memetakan masalah diabetes, mendorong tindakan nyata dan membagikan pengalaman dari solusi nyata yang sudah berhasil dilakukan untuk memberikan inspirasi bagi kota-kota lain di seluruh dunia. Bersama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta serta pihak-pihak terkait, kami yakin dapat menghasilkan tindakan nyata guna membengkokan peningkatan kurva penyakit diabetes,” tutupnya.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2019