Mataram (ANTARA) - Saat perahu kayu lepas jangkar dari pantai berpasir putih Tanjung An, Lombok Tengah, rasa penasaran semakin besar. Rasa penasaran pada tiga kata, yakni, Pantai Batu Payung.

Dengan mengikuti gelombang lembut perairan itu, mata wisatawan tidak lelah-lelahnya melihat ke kiri dan kanan perpaduan alam antara bukit berumput hijau, pasir putih dan beningnya air laut.

Beningnya air laut selaksa perahu yang ditumpangi penumpang berada di atas kaca aquarium. Benar-benar membuat nyaman perasaan hati. Sesekali terlihat, beberapa wisatawan asing yang mencoba beradu keahlian memainkan papan surfing.

Paling tidak memakan waktu sekitar 10 menit, dengan mengikuti gelombang yang mengarah ke sisi kiri perbukitan Pantai Tanjung An tersebut. Dari kejauhan batu besar menjulang tinggi terlihat dengan jelas.

Hingga akhirnya perahu berlabuh di atas pasir putih, wisatawanpun langsung disapa dengan keindahan batu yang berukuran besar itu yang dipahat oleh alam secara terus menerus. Secara sekilas, bagian atas batu itu seperti wajah dengan adanya hidung, mata dan mulut.

Wisatawan bisa mengambil spot mana saja untuk berswafoto dan dijamin akan "jadi" fotonya. Di sisi kanan Batu Payung terlihat gelombang ombak dari Samudera Hindia seolah-olah ingin menyapa semua orang yang berwisata ke daerah tersebut.

Pecahan gelombang itu menerpa pada batu-batu karang di kaki Batu Payung itu. Tepat di seberangnya berdiri sebuah gundukan batu yang dikenal oleh warga sebagai Bukit Kura-Kura. Mungkin karena bentuknya yang seperti kura-kura.

Dijamin seratus persen, wisatawan akan takjub dengan pemandangan ciptaan sang penguasa alam semesta Allah SWT. Pahatan batu payung itu bukan buatan tangan manusia melainkan buatan alam yang membentuk ukiran tersendiri.

"Biasanya kalau laut pasang, kita tidak bisa berdiri di bawah Batu Payung," sambut Hasan, salah seorang pedagang kelapa muda di objek wisata bahari itu.
Pantai Tanjung An dari Bukit Marise (Riza Fahriza)


Memang disebut beruntung, ombak terhitung masih bersahabat hingga wisatawan pun bisa berswafoto tepat di bawah Batu Payung.

"Kebanyakan wisatawan yang datang ke sini berasal dari Eropa. Mereka selain berkunjung ke Batu Payung, bermain surfing juga. Jadi satu paket," katanya.

Hasan beserta rekan-rekannya menjual kelapa muda hijau kepada wisatawan dengan harga Rp20 ribu per butir. Lumayan untuk menyegarkan tenggorokan setelah terpana melihat panorama alam yang cantik itu.

Setelah menikmati keindahan Pantai Batu Payung, wisatawan pun diajak menyeberangi ke Bukit Marise yang tepat berada di seberang Batu Payung.

Perjalanan ke Bukit Marise dari Batu Payung, seolah-olah dekat. Seperti sepelemparan batu. Paling tidak memakan waktu 10 menit untuk mencapai bukit itu.

"Kalau dari Bukit Marise, kita bisa melihat sepuas-puasnya pemandangan Pantai Tanjung An termasuk Bukit Kura-kura," kata pengemudi perahu kayu yang ditumpangi wisatawan.

Perjalanan dengan menembus gelombang yang tidak terlalu besar itu, memang menyenangkan. Saat mata melihat ke arah kiri dari kejauhan terlihat bentangan pasir putih Pantai Tanjung An yang berkilauan diterpa sorot matahari.

Sedangkan ke arah kanan, terlihat lautan lepas. Lautan lepas Samudera Hindia nan perkasa. Sedangkan di depan mata, berdiri Bukit Marise itu.

Di atas pasir putih yang lebarnya sekitar 20 meter dengan di sisi kanan kirinya batuan cadas, perahu pun bersandar. Hup...Hup...hup, kaki wisatawan menginjakkan pasir putih itu.

"Tepat di bukit yang tengah itu, yang ada kerbaunya. Baru pemandangan bagus," teriak pengemudi perahu.

Mulailah langkah kaki, mengikuti jalan setapak seperti yang ditunjukkan pengemudi perahu. Padang rumput itu, membuat terpesona mata kembali. Hanya kehijauan dan langit biru yang bersih.
Pulau Bukit Kura-Kura di seberang Pantai Batu Payung (Riza Fahriza)


Sehingga ingin segera mencapai puncak dari Bukit Marise. Benar saja, jendela terbuka selebar-lebarnya dari bentangan pasir putih Tanjung An yang menyerupai tapal kuda sudah menganga di depan mata.

Kamera dari telepon seluler para wisatawan pun, segera dikeluarkan. Jepret, foto lanskap alam langsung jadi. Segeralah diviralkan. Aih memang benar-benar luar biasa keindahan pantai di Lombok Tengah.

Satu sisi lainnya, terlihat deburan ombak yang menerpa tebing di kaki Bukit Marise yang simetris dengan Batu Payung. Sebenarnya untuk menikmati sensasi alam ke daerah itu, datang pada saat matahari terbenam atau terbit maka siluet akan terlihat dengan jelas.

Namun tidak ada salahnya juga jika datang pada saat siang hari. Tidak mengurangi keeksotikan alamnya.

Sesekali kerbau peliharaan warga berlalu lalang di Bukit Marise. Hewan ternak itu memakan rumput di bukit tersebut, tapi itu menjadi keunikan tersendiri.

Tidak terasa hampir setengah jam berada di Bukit Marise itu. Perahu kayu sudah tersedia di bibir pantai dan siap mengantarkan ke Pantai Tanjung An.

Selamat tinggal keindahan alam di Pantai Tanjung An, Bukit Marise, dan Pantai Batu Payung. Wisatawan pun berjanji akan datang kembali ke objek wisata yang benar-benar aduhai itu.

Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2019