Tokyo (ANTARA News) - Kontingen pemuda Malaysia kembali menyanyikan lagu daerah asal Maluku "Rasa Sayange" dalam acara pembukaan forum pertukaran pemuda Jepang-Asean di Tokyo, Senin, seolah melupakan pesan yang baru saja disampaikan anggota keluarga Kerajaan Jepang untuk membangun saling pengertian. Usai acara peresmian pertemuan para pemimpin pemuda Jepang-Asean yang dibuka oleh Princess Akishino, akrab dipanggil Putri Kiko, kontingen Malaysia menyanyikan lagu yang sedang menjadi persoalan dengan Indonesia itu dengan keras-keras, seperti tidak mengindahkan kebiasaan Jepang yang melarang suara ribut-ribut. Ulah Malaysia itu dilakukan di salah satu gedung yang bersebelahan dengan tempat upacara pembukaan berlangsung. Tempat tersebut memang disediakan pihak panitia Jepang sebagai ajang pameran memperkenalkan kebudayaan masing-masing negara peserta. Stand Malaysia persis bersebelahan dengan stand Indonesia, sehingga saat pemuda-pemudi Malaysia menyanyikan lagu "Rasa Sayange", kontan membuat rombongan pemuda Indonesia tertegun dan kesal. "Sepertinya mereka dengan sengaja menyanyikan lagu itu keras-keras dihadapan kita, apalagi juga secara provokatif mengajak peserta yang lain untuk ikut menyanyikan lagu tersebut," kata Anom, pemudi asal Bali. Sementara anggota lainnya, Wesley Corry Mirin, asal Papua mengatakan, kelompok Indonesia untungnya mampu menahan diri walau merasa tidak senang dengan tindakan Malaysia. "Mereka sepertinya tidak mendengar apa yang disampaikan Putri Kiko dalam acara pembukaan yang menekankan pentingnya saling pengertian dan persahabatan di antara para peserta," ujarnya. Aksi tersebut rupanya diketahui salah seorang staf penerangan KBRI Tokyo yang kemudian cepat-cepat memanggil salah seorang diplomat Indonesia untuk menyaksikan sendiri ulah kelompok Malaysia. Diplomat perempuan Indonesia, Dewi Justicia Meidiwaty segera bergegas ke areal pameran. Namun begitu ia mendekati stand Indonesia dan Malaysia, tiba-tiba lagu "Rasa Sayange" tidak terdengar. Kedatangan sosok perempuan berwajah Indonesia dengan pakaian khas diplomat seperti jas hitam formal nampaknya langsung dikenali rombongan Malaysia itu dari jauh sehingga dengan cepat menggantinya dengan lagu lain berbahasa Jepang. Melihat gelagat tersebut, kontan saja Anom nekad mengajak berbicara salah seorang peserta putri Malaysia agar dirinya bisa diajari lagu tersebut. Lantas anggota rombongan Malaysia itu dengan malu-malu mempersilahkannya tetapi sambil berlalu begitu saja. Sebelumnya pada acara pembukaan, baik Putri Kiko maupun sambutan dari Dubes Kamboja yang mewakili negara Asean, berpesan sama tentang pentingnya membangun saling pengertian dan kerjasama dalam memupuk rasa persahabatan di antar sesama peserta. Dua pekan lalu, delegasi kesenian negeri jiran itu juga "menantang" Indonesia dengan menampilkan lagu asal daerah Sumatera Barat Indang Sungai Garinggiang ciptaan Tiar Ramon pada 1981, sebagai musik pengiring tarian Malaysia di Asian Festival 2007 di Osaka. Konsulat Jenderal RI di Osaka kemudian melayangkan surat protes ke Malaysia, namun tidak mendapat respon yang jelas. Bahkan staf Konjen Osaka sudah bertemu dengan Direktur Pariwisata Malaysia di Osaka, Azhari Haron itu, namun juga menerima jawaban yang sama. "Dia beralasan ke luar kota saat itu," kata Masni Eriza, konsul penerangan Konjen RI di Osaka. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007