London (ANTARA) - Persaudaraan Pencak Silat South Africa (PPSSA) merayakan 10 tahun kiprahnya dalam memelihara dan mengembangkan budaya dan olahraga khas Indonesia, pencak silat di negara Afrika Selatan yang dihadiri sekitar 200 orang warga  Bosmont, Kota Johannesburg. 

Pada acara  yang berlangsung akhir pekan lalu dihadiri beberapa perwakilan  pemerintah Afrika Selatan, dan duta besar negara sahabat seperti Turki, Singapura, Malaysia. 

Dubes Indonesia di Afrika Selatan, Salman Al Farisi dalam keterangannya kepada Antara London, Senin mengatakan dalam perayaan juga hadir Presdir Gajah Tunggal yang juga mantan Dubes RI untuk Afrika Selatan serta pendiri PPSSA, Sugeng Rahardjo.

Dalam kesempatan ini PPSSA mengundang enam pelatih pencak silat dari Indonesia  yang pada 10 tahun lalu memperkenalkan pencak silat di Afrika Selatan.

Selama dua minggu para pelatih dijadwalkan akan mengupgrade kemampuan para instruktur dan anggota PPSSA, peningkatan belt grading serta pelatihan senam hijaiyah.

Pada perayaan tersebut Dubes Indonesia di Afrika Selatan, Salman Al Farisi menyatakan bahwa kolonialisme telah menyatukan bangsa Indonesia dan Afrika Selatan walaupun kedua masyarakat dipisahkan oleh samudra luas.

Dubes mengatakan PPSSA adalah jembatan dan perekat persaudaraan Indonesia dan Afrika Selatan dan berharap jalinan persahabatan yang erat antara kedua negara akan terus berlanjut.

Salman juga menyumbangkan peralatan pencak silat kepada pelatih pencak silat yang fasih berbahasa Indonesia, Ammaar De La Rey.

Selama 10 tahun PPSSA telah berhasil mengembangkan olahraga khas Indonesia ini di Afsel. Pada saat ini, terdapat lebih kurang 26 pendekar pencak silat dari berbagai kelompok umur yang berlatih seminggu dua kali.

Tidak hanya pencak silat, anggota PPSSA juga wajib mempelajari bahasa Indonesia sebagai pengantar setiap gerakan dan aba-aba Pencak Silat.

Eksistensi pencak silat di Kota Bosmont tidak dapat dilepaskan dari dukungan masyarakat setempat  yang ingin mengadopsi nilai-nilai luhur akar budaya  Indonesia.

Selain itu pencak silat tidak saja dilihat sebagai seni mengagumkan, manfaatnya dirasakan oleh warga  Bosmont sebagai kegiatan di luar sekolah yang berhasil membangun nilai-nilai positif generasi muda.

Perayaan 10 tahun lahirnya PPSSA juga dihadiri Shafiq Morton pengarang buku “From the Land of Spices to Cape Town”.

Baca juga: Dedikasi Jojo dan Alwi untuk Pencak Silat Afrika Selatan

Buku itu menceritakan perjuangan Tuan Guru, bangsawan asal Tidore Indonesia di Afrika Selatan menyampaikan betapa pentingnya peran Indonesia dalam membangun peradaban masyarakat muslim Cape Malay di Afrika Selatan yang maju.

Sebagaimana nilai-nilai positif yang dibagikan Indonesia kepada Afrika Selatan melalui pencak silat , Tuan Guru, di masa kolonial membawa pendidikan dan pengetahuan melalui pendirian Madrasah, dan budaya penyembuhan melalui penggunaan tumbuh-tumbuhan yang sering dilakukan masyarakat Tidore sebagai salah satu lumbung rempah-rempah.

Shafiq mengharapkan kepada perwakilan Pemerintah Indonesia dan Afrika Selatan yang hadir dalam acara tersebut untuk menetapkan Tuan Guru sebagai pahlawan nasional di kedua negara.

Perayaan 10 tahun PPSSA ditutup dengan penampilan Tari Saman, peragaan pencak silat serta persembahan lagu Indonesia Pusaka dari salah satu warga kota Bosmont.

Baca juga: Afrika Selatan Pertama Kali Gelar Kejuaraan Silat

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2019