Jakarta (ANTARA) - Bersepeda motor, Topaz Juanda (35) berkeliling ke wilayah pesisir utara Jakarta mencari warga Kampung Akuarium yang terpencar setelah terkena gusur paksa pada 2016

Misi Topaz hanya satu, ia ingin menyampaikan pesan bahwa warga yang terelokasi dapat kembali ke Kampung Akuarium untuk menyalurkan hak pilihnya pada pemilihan umum 17 April 2019. Warga Kampung Akuarium yang kini terpencar di sejumlah tempat seperti di rumah susun Marunda, Cakung, Kapuk, atau berpindah ke Muara Baru dan Luar Batang, memang masih terdaftar sebagai pemilih di Kampung Akuarium.

Demi memastikan semua warga Kampung Akuarium menyalurkan hak politiknya, Topaz berinisiatif mendatangi pintu ke pintu rumah bekas tetangganya, dan aktif menghubungi mereka agar nanti datang ke TPS. Bagi Topaz, upaya mencari dan menghubungi warga merupakan tanggung jawabnya sebagai ketua RT sekaligus ketua kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) di tempat pemungutan suara (TPS) 40 di Kampung Akuarium.

“Tempat kami berbeda dengan wilayah lain karena di sana tidak banyak warga yang berpencar, sementara banyak warga Kampung Akuarium yang pindah sejak gusuran tiga tahun lalu. Karena itu, kami tidak boleh cuek dan santai, petugas KPPS harus memastikan warga tahu mereka punya hak untuk memilih nanti. DPT harus disampaikan langsung ke warga,” kata Topaz saat ditemui di rumahnya, hunian sementara (shelter) blok C9, Kampung Akuarium, Jakarta, akhir Maret.

Topaz mengaku dorongan untuk bekerja lebih datang dari harapannya untuk memulihkan kembali Kampung Akuarium yang sempat rusak setelah kena gusur. Menurut Topaz, pemilihan umum merupakan kesempatan untuk memilih pemimpin yang ingin membangun kampung secara menyeluruh serta mengembalikan warga untuk kembali mendiami Kampung Akuarium.

“Tujuan warga bukan shelter, tetapi bagaimana membangun kampung agar kembali utuh dan mereka yang terpencar kembali tinggal di sini lagi,” kata Topaz.

Sebelum digusur, Kampung Akuarium dihuni sekitar 1.000 warga yang menempati rumah di Jalan Pasar Ikan, RT12 dan RT01, RW04, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Namun, setelah digusur, dua RT di Kampung Akuarium bubar dan sebanyak 600 warga pindah ke beberapa rumah susun di Marunda, Kapuk, dan Cakung. Sebagian ada yang menempati rumah di Muara Baru dan Luar Batang.

Setelah perkempungan itu direhabilitasi, sebanyak 85 kepala keluarga atau sekitar 400 orang kembali menempati hunian sementara (shelter) di Kampung Akuarium yang saat ini hanya terdiri atas tiga blok dan satu RT.

Saat pemilihan umum pada 17 April, dua TPS akan berdiri di lahan bekas gusur itu. Topaz menyebut, TPS 33 dan TPS 40 akan dibangun di lapangan bola dan lahan dekat mushola di Kampung Akuarium. Total pemilih di dua TPS itu ada sebanyak 482 orang, tetapi angka itu kemungkinan berkurang karena beberapa nama di DPT diketahui ada yang telah wafat.

Baca juga: Gigihnya Relawan Demokrasi Tionghoa di Singkawang

Nobar
 
Nontong bareng debat Capres di Kampung Akuarium, Jakarta. (Genta Tanri Mawangi)


Semangat merayakan pesta demokrasi saat pemilu tidak hanya ditemukan pada sosok Topaz. Sebagian besar warga di Kampung Akuarium mengaku antusias untuk memilih presiden dan anggota legislatif pada 17 April.

Bukti antusias warga terlihat dari acara "nonton bareng" (nobar) yang rutin digelar tiap ada debat calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres).

Nobar debat capres biasanya digelar di lapangan depan Blok A dan Blok B di Kampung Akuarium. Dana sewa tenda dan makanan diperoleh dari kas RT, kursi dipinjam dari fasilitas milik RW04, sementara proyektor dan pengeras suara dipinjam dari warga.

Saat debat capres keempat pada 30 Maret, sekitar 10 warga berkumpul di lapangan sejak pukul 16.00 WIB guna mempersiapkan acara nobar yang dimulai pada pukul 20.00 WIB.

Beberapa ibu-ibu, salah satunya Rini Ernawati (62) ikut berkumpul di lapangan, membantu memasang poster.

Menurut Rini, poster itu dipasang sebagai ornamen agar tenda tampak meriah.

Rini mengatakan warga antusias mengikuti tahapan pemilu serentak karena saat ini mereka tak lagi sulit untuk memilih. Ia bercerita setelah kena gusur pada 2016, tak mudah bagi warga untuk memilih saat pemilihan kepala daerah DKI Jakarta pada 2017.

"Saat itu KTP kami tidak aktif. Sedikit warga yang bertahan di lahan gusur. Saya ingat betul ada petugas KPU yang datang, saya minta ke dia tolong jangan dihapus hak pilih kami, walau (tanahnya, red) kosong, warga (Kampung Akuarium, red) masih ada," tutur Rini.

Namun, kesulitan itu tak lagi ditemukan pada pemilu tahun ini hingga menurut Rini warga Kampung Akuarium harus memanfaatkan kesempatan itu dengan datang ke TPS pada 17 April.

Persiapan nobar sore itu berakhir saat azan Magrib berkumandang. Warga yang berkumpul di lapangan saat itu berhenti bekerja dan masuk ke hunian masing-masing bersiap untuk shalat berjamaah di mushola yang terletak sekitar 200 meter dari tenda.

Sejam sebelum acara debat berlangsung, sekitar 20 ibu-ibu berkumpul di tenda.  Sementara mereka berkumpul, ibu lainnya sibuk menyusun kotak-kotak nasi, gelas, serta teko berisi teh manis dingin dan kopi hangat.

Saat acara debat berlangsung, warga tampak serius mengikuti pemaparan dua capres mengenai ideologi, pemerintahan, keamanan pertahanan, dan hubungan internasional.

Acara nobar berlangsung riuh penuh dengan tepuk tangan, candaan, dan seloroh warga menanggapi visi yang ditawarkan dua capres saat debat.

Baca juga: Laku warga Selagolong menjadi sindiran bagi "golput"

Harapan

Tidak hanya Topaz dan Rini yang memastikan kehadirannya saat pemilu, warga lain juga menyatakan diri mereka akan hadir ke TPS untuk memilih presiden dan anggota legislatif.

Tetua Kampung Akuarium Dharma Diani mengatakan dia semangat untuk memilih karena pemilu tahun ini menurut dia membawa harapan bagi masyarakat Kampung Akuarium.

Dharma atau yang akrab disapa Yani menjelaskan warga menaruh asa ke beberapa calon legislatif dan pasangan capres-cawapres mengenai masa depan Kampung Akuarium.
 
Senada dengan Dharma, warga lain, Musdalifah turut mengaku antusias memilih karena pemilu merupakan pesta demokrasi yang diselenggarakan tiap lima tahun sekali.

“Saya antusias banget karena pemilu cuma lima tahun sekali. Sayang kalau tidak milih,” kata Musdalifah saat ditemui tengah mencuci pakaian di depan shelter.
Warga Kampung Akuarium, Jakarta. (Genta Tanri Mawangi)

Ia berharap pemimpin terpilih dapat memperhatikan keadaan rakyat kecil, khususnya warga Kampung Akuarium yang belum sepenuhnya pulih dari insiden gusur paksa.

Sementara itu, Sukarti, warga, mengatakan ia siap ikut pemilu serentak pada 17 April.

“Kemarin Pak RT (Topaz, red) sudah datang ke rumah cocokin data dengan DPT. Lagipula KTP juga sudah aktif lagi,” kata Sukarti. 

Baca juga: Pemilu dari masa ke masa

 
 

Editor: Sapto HP
Copyright © ANTARA 2019