Simpang Empat, Sumbar (ANTARA) - Nelayan Katiagan Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat (Sumbar) menggunakan es kulkas untuk pendingin ikan.

"Terbatasnya pasokan es menjadikan nelayan mencari alternatif untuk memperoleh es. Salah satunya dengan memanfaatkan es kulkas dengan kapasitas terbatas dan seadanya" kata Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Pasaman Barat, Zulfi Agus di Simpang Empat, Selasa.

Ia mengatakan dengan menggunakan es kulkas itu maka nelayan dipaksa pergi melaut balik hari. Pergi malam pulang pagi atau pergi pagi pulang sore. Biasanya nelayan pergi melaut butuh waktu dua sampai empat hari. "Jika nelayan tidak balik hari maka akan banyak ikan yang busuk karena terbatasnya ketersediaan es," ujarnya.

Terbatasnya ketersediaan es membuat ikan nelayan yang ada di daerah itu banyak dijadikan ikan asin daripada ikan segar. Sementara pada umumnya 80 persen atau 1.400 orang penduduk Katiagan mata pencariannya sebagai nelayan dengan memiliki 65 unit kapal.

"Pada umumnya produksi ikan di Katiagan sekitar enam ton perhari dengan kebutuhan es mencapai 12 ton. Nelayan akhirnya terpaksa menggunakan es dari kulkas," katanya.

Jika mendatangkan es dari luar akan menambah pengeluaran nelayan. Sebab, daerah Katiagan merupakan salah satu daerah terisolir dengan akses jalan yang sulit menuju daerah itu.

"Jika menggunakan jalur darat melalui jalan perusahaan kelapa sawit dari Simpang Empat berjarak sekitar 30 meter lebih dengan menempuh waktu sekitar dua jam lebih dengan kondisi jalan yang tidak bagus. Tentu nelayan sangat kesulitan memperoleh es dengan penambahan biaya," katanya.

Pihaknya melihat kesulitan nelayan memperoleh es tersebut maka beberapa waktu lalu menyalurkan bantuan dari Kementrian Desa RI berupa mesin es curah atau iceplake dengan kapasitas 1,5 ton perhari. "Bantuan ini sedikit membantu nelayan memperoleh es meskipun dengan kapasitas yang terbatas," sebutnya.

Ia berharap ke depan akan ada investor yang berinvestasi di Pasaman Barat untuk membangun pabrik es. "Produksi ikan di Pasaman Barat mencapai 109.000 ton pertahun dengan kebutuhan es 100 ton perhari. Sementara ketersediaan es lokal hanya mampu 60 ton," katanya.

Ketua Koperasi Serba Usaha Gemilang Rasaki Basamo Katiagan, Khalidi (50) membenarkan nelayan di daerah itu banyak memanfaatkan es kulkas sebagai pendingin ikan. "Dengan adanya bantuan mesin es curah atau iceplake bisa membantu nelayan. Kami berharap kedepannya nelayan Katiagan memperoleh es sesuai kebutuhan agar ikan yang dihasilkan bisa tetap segar dan harga bersaing," katanya.*


 

Pewarta: Altas Maulana
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019