Sleman (ANTARA) - Tempat pemungutan suara pemilu yang menggunakan rumah warga ternyata kurang ramah terhadap kaum difabel karena mereka kesulitan untuk menuju ke bilik atau tempat pencoblosan surat suara.

"TPS yang berada di dalam rumah warga menyulitkan kami yang menggunakan kursi roda," kata salah satu penyandang difabel Rieza Candra Gunawan (28) di sela simulasi pemungutan suara yang di selenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta di Kecamatan Pakem, Kamis.

Menurut warga Dusun Sideorejo, Hargobinangun, Pakem Sleman ini pada saat proses Pemilu 2014 dirinya cukup kesulitan untuk menjangkau TPS dengan kursi rodanya.

"Saya kesulitan bergerak dengan kursi roda, apalagi jika harus naik tangga," katanya.

Ia mengatakan, rumah warga yang digunakan sebagai TPS beragam. Ada yang luas dan ada yang sempit dan tidak semua rumah warga ramah difabel.

"Kadang ada anak tangga, sehingga untuk kami untuk yang memakai kursi roda harus dibopong," katanya.

Rieza mengataakn, pada kegiatan simulasi hari ini memang dirinya tidak mengalami kendala. Sebab untuk bilik suara dirasa cukup luas.

"Namun jarak antar bilik harus diperlebar, agar kanan kiri tidak tahu pilihan orang lain," katanya.

Ia mengatakan, selain itu kendala lain adalah ketinggian meja pencoblosan yang terlalu tinggi untuk pemakai kursi roda.

"Meja pencoblosan agar disesuaikan. Karena tidak mungkin berdiri saat mencoblos. Kendala lain mungkin juga waktu melipat mungkin butuh waktu agak lama," katanya.

Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Sleman Trapsi Haryadi mengatakan telah mendorong petugas baik itu tingkat kecamatan maupun desa agar menciptakan TPS yang aksesibel untuk pemilih difabel.

"Baik itu ukuran pintu disesuaikan agar sirkulasi keluar masuk TPS mudah. Termasuk tidak berundak (anak tangga), ketinggian meja dan bilik juga disesuaikan," katanya.

Ia mengatakan, pihaknya juga telah mempersiapkan surat suara untuk penyandang tuna netra. Di Sleman sendiri ada 402 penyandang tuna netra dalam DPT.

"DIY sudah ada templatenya cuma saat ini masih kami data lagi jumlahnya," katanya.
 

Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019