Ternyata di Afrika Selatan pun mendapatkan tempat yang istimewa sampai menjadi pahlawan disana. Kepribadian Syekh Yusuf ini yang perlu lebih dikenalkan kepada mahasiswa dalam menghadapi era globalisasi saat ini,
Tangerang (ANTARA) - Untuk lebih mengenalkan sosok Syekh Yusuf kepada mahasiswa lebih dalam lagi, Universitas Islam Syekh (UNIS) Yusuf Tangerang akan membuat mata kuliah khusus.

Rektor UNIS Yusuf Tangerang, Prof Mustofa Kamil di Tangerang, Kamis, mengatakan Syekh Yusuf merupakan sosok pejuang di segala bidang dengan pemikiran yang disegani Belanda ketika itu.

Perjuangannya yang tak kenal menyerah hingga melahirkan banyak ide dan gagasan untuk kemajuan bangsa, perlu diteladani oleh mahasiswa saat ini.

Oleh karena itu, sesuai dengan namanya maka Universitas Islam Syekh Yusuf memiliki peran penting dalam mengenalkan sosok pejuang yang memiliki banyak penghargaan bahkan dari negara lain.

Dalam bidang politik misalnya, sosoknya yang disegani Belanda ketika itu membuat Syekh Yusuf dibuang jauh ke luar Indonesia. Pengaruh besar yang dimunculkan, sangat dikhawatirkan oleh Belanda ketika itu.

Diasingkan ke Srilanka ketika itu, tak menyurutkan Syekh Yusuf untuk terus berjuang. Penduduk Indonesia yang berhaji, mendapatkan wejangan di Srilanka dari Syekh Yusuf hingga akhirnya kembali diasingkan Afrika Selatan.

"Ternyata di Afrika Selatan pun mendapatkan tempat yang istimewa sampai menjadi pahlawan disana. Kepribadian Syekh Yusuf ini yang perlu lebih dikenalkan kepada mahasiswa dalam menghadapi era globalisasi saat ini," ujarnya dalam acara Seminar Nasional dengan Tema "Meneladani Syekh Yusuf Sebagai Pejuang, Ulama dan Politikus" dalam rangka Milad ke 53 Tahun UNIS Tangerang.

Kemudian, Prof Mustafa Kamil juga menyoroti perkembangan dinamika saat ini yang perlu dilakukannya komunikasi lanjutan dalam menjaga kondusifitas dan keamanan bersama. Belajar dari sosok Syekh Yusuf, diharapkan lahir banyak pemikir cerdas untuk memajukan bangsa dan negara.

Tantangan yang ada saat ini, perlu dicarikan solusinya secara bersama-sama tanpa saling menjatuhkan karena semuanya berpikir untuk kepentingan bangsa ke depan.

Pewarta: Sambas
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019