Tulungagung, Jatim (ANTARA) - Seorang ibu muda di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, mendadak viral di media sosial karena mengunumkan niatnya untuk menjual organ ginjalnya sendiri demi membiayai perawatan anaknya yang saat ini menjalani rawat inap di RSUD dr Iskak, Tulungagung.

Keinginan untuk menjual ginjal itu dia unggah di akun media sosial facebooknya atas nama pribadinya, fikasogadweariyanto pada Minggu dini hari sekitar pukul 00.22 WIB.

"Saya spontan saja mengunggah niat saya menjual ginjal, karena memang sudah mentok tidak memiliki uang untuk menebus biaya perawatan anak saya di sini (rumah sakit)," kata Rafika Dewi (25), si ibu asal Kota Bumi, Lampung Utara, pemilik akun facebook fikasogadweariyanto ditemui di ruang perawatan IRNA Wijaya Kusuma, RSUD dr Iskak Tulungagung pada siang harinya.

Namun hanya selang beberapa menit status dia unggah, postingan istri dari Bagus Dwi Ariyanto warga Desa Sidomulyo, Kecamatan Gondang, Tulungagung ini telah repost (dikirim ulang) oleh warganet di grup Facebook "Wong Tulungagung". Sejak itulah postingan status Rafika viral.

"Saya ikhlas, demi anak saya," ujarnya sembari terus menunggui putra semata wayangnya, Bagas Satria yang baru berusia 45 hari.

Saat ini, kondisi Bagas masih dalam perawatan intensif tim dokter RSUD dr Iskak.

Balita itu mengalami infeksi di bagian tali pusat, diduga akibat kurang dibersihkan dan diobati sejak prosesi kelahiran. Daging sisa tali pusat pada pusar Bagas terlihat menonjol dan terus tumbuh. Pada ujungnya juga terlihat keluar nanah.

Kondisi itu menyebabkan balita mungil itu mengalami infeksi dan kemudian merembet pada ketahanan tubuh lain. Bagas dikabarkan sempat demam tinggi, batuk dan pilek. Bagas bahkan sempat tak sadarkan diri akibat infeksi tali pusat yang dialaminya sehingga memaksa Rafika dan Bagus melarikannya ke Puskesmas Gondang.

Namun karena kondisi yang buruk, Bagas akhirnya dirujuk ke RSUD dr Iskak pada Rabu (3/4) dan menjalani rawat inap hingga sekarang.

Sayangnya, kedua orang tuanya yang sudah tidak lagi bekerja tidak memiliki biaya lagi untuk pengobatan dan perawatan Bagas yang konon mencaoai jutaan rupiah.

"Masalahnya kami tidak memiliki BPJS (kesehatan). Suami sempat mengurus ke (pemerintah) desa (Sidomulyo, Kec Gondang) namun tidak dilayani pak lurah karena kami dulu nikahnya siri, sehingga tidak diakui," kata Rafika yang masih didampingi suaminya, Bagus Dwi Ariyadi.

Kini, Rafika dan Dwi Ariyadi merasa buntu. Sedang Dwi Ariyadi mengaku tak lagi memegang uang sepeserpun.

Pria muda yang bekerja serabutan di desanya ini hanya terdiam dan pasrah dengan keadaan yang mereka alami.

Dia juga tak tahu jika akhirnya sang istri berniat nekat menjual organ ginjalnya untuk biaya perawatan sang anak.

"Entah, saya juga masih bingung," katanya.

Dikonfirmasi terpisah, Kasi Informasi dan Pemasaran RSUD dr Iskak Mochammad Rifai menyatakan ada dasarnya manajemen rumah sakit siap membantu jika ada pasien dari keluarga miskin yang kesulitan menebus biaya perawatan rumah sakit.

Syaratnya, jika memang tidak memiliki BPJS Kesehatan, maka yang bersangkutan diharuskan melampirkan SKTM (surat keterangan tidak mampu) dari desa.

Kebijakan sosial manajemen RSUD itu tidak hanya berlaku bagi warga Tulungagung yang memang berasal dari keluarga kurang/tidak mampu. Tapi juga bisa diterapkan untuk pasien yang rumah dan domisilinya di kabupaten/kota sekitar Tulungagung.

"Kalau warga Tulungagung pasti akan kami bantu. Atau orang tanpa identitas (Mr x) juga akan kami bantu," katanya.

Khusus untuk kasus Rafika yang putranya dirawat di ruang IRNA Wijaya Kusuma RSUD dr Iskak, Rifai menegaskan bahwa keluarga bersangkutan telah diberi penjelasan bahwa bantuan keringanan akan diberikan namun syarat SKTM dari desa harus dipenuhi terlebih dulu.

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2019