Indonesia menduduki posisi ke-4 sebagai produsen alas kaki di dunia setelah China, India, dan Vietnam. Selain itu, Indonesia menjadi negara konsumen sepatu terbesar ke-4 dengan konsumsi 886 juta pasang alas kaki.
Jakarta (ANTARA) - Pada 1990-an Indonesia pernah merajai ekspor alas kaki dunia hingga merambah pasar Amerika Serikat dan Eropa yang dikenal sangat ketat dalam kualitas dan mode.

Sekarang pun Indonesia tetap diperhitungkan sebagai produsen alas kaki terkemuka, sekalipun pada saat ini sejumlah negara yang tercatat sebagai pesaing Indonesia juga berlomba-lomba memproduksi alas kaki untuk diekspor.

Industri alas kaki nasional mampu menapak di kancah global, dengan menghasilkan beragam produk yang berkualitas dan inovatif. Data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menunjukkan bahwa sepanjang 2018, industri alas kaki di Indonesia mencatatkan produksi mencapai 1,41 miliar pasang sepatu atau berkontribusi 4,6 persen dari total produksi sepatu dunia.

Dari capaian tersebut, Indonesia menduduki posisi ke-4 sebagai produsen alas kaki di dunia setelah China, India, dan Vietnam. Selain itu, Indonesia menjadi negara konsumen sepatu terbesar ke-4 dengan konsumsi 886 juta pasang alas kaki.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih dalam siaran pers, mengatakan saat ini jumlah industri alas kaki di Indonesia tercatat 18.687 unit usaha yang meliputi sebanyak 18.091 unit usaha skala kecil, kemudian 441 unit usaha skala menengah dan 155 unit usaha skala besar. Dari belasan ribu unit usaha tersebut, telah menyerap tenaga kerja sebanyak 795.000 orang.

Dalam upaya menumbuhkan dan mengembangkan industri alas kaki nasional, khususnya sektor IKM, Kemenperin memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk terlibat dalam kegiatan Indonesia Footwear Creative Competition (IFCC) 2019. IFCC  yang mengusung konsep 3 in 1 Creative Footwear Competition, yaitu melalui desain, fotografi, dan videografi.

Ajang tersebut diinisiasi oleh Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI), satuan kerja di bawah Direktorat Jendral IKMA Kemenperin yang berlokasi di Sidoarjo, Jawa Timur. BPIPI memiliki tugas dalam pembinaan dan pengembangan industri alas kaki di Indonesia.

Fokus pelayanannya, antara lain peningkatan SDM industri alas kaki, peningkatan pengetahuan dan teknologi produk alas kaki, serta standardisasi produk alas kaki. Pada pelaksanaan IFCC 2019, BPPI turut menggandeng Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya.

Misalkan ada mahasiswa Petra yang mendaftar, pihak rektorat akan menyeleksi dari 60 hingga dapat peserta 40 mahasiswa. Jumlah itu yang akan mengikuti pelatihan, ujarnya. Kemenperin memberikan apresiasi kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang aktif memacu sektor industri kreatif, melalui program Millennial Job Center. Ini menjadi sebuah program kesatuan dan terintegrasi.
Baca juga: Produksi sepatu Indonesia duduki peringkat ke-4 dunia
Baca juga: Menperin bidik ekspor alas kaki capai 6,5 miliar dolar AS


Dengan tiga pilar utama pengembangan organisasi BPIPI melalui Knowledge, Training dan Design, salah satunya yang diprioritaskan adalah pada pengembangan SDM terampil yang akan menunjang sektor IKM alas kaki. Ini menyambut peluang bonus demografi yang sedang dinikmati oleh Indonesia hingga 2030.

Beberapa program prioritas, antara lain pengembangan standar kompetensi SDM, penumbuhan wirausaha baru dan mendorong program national branding untuk IKM alas kaki. Apalagi, generasi muda saat ini selalu berpikir tentang desain, branding, visualisasi produk maupun servis di setiap aktivitas mereka baik secara komersial maupun berbasis hobi atau komunitas, paparnya.

Oleh karena itu, melalui gelaran IFCC, BPIPI ingin mengenalkan lebih dekat tentang alas kaki kepada generasi muda bahwa alas kaki adalah bagian dari mode, bagian dari perkembangan fesyen anak muda dan yang terpenting lagi adalah bisa menjadi bagian rencana bisnis yang menjanjikan ke depan sehingga akan tumbuh pelaku industri kreatif sektor alas kaki lebih banyak.

Pada 2018, pencapaian IFCC menunjukkan keikutsertaan peserta yang cukup antusias, dengan 689 karya yang terkumpul untuk semua kategori mulai dari desain, fotografi, hingga videografi. Jumlah peserta yang ikut, mayoritas atau 70 persennya adalah siswa dan mahasiswa, sedangkan sisanya dari masyarakat umum.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, industri alas kaki merupakan salah satu sektor manufaktur andalan yang mampu memberikan kontibusi besar bagi perekonomian nasional. Ini tercemin dari pertumbuhan kelompok industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki yang mencapai 9,42 persen pada  2018 atau naik signifikan dibandingkan 2017 sekitar 2,22 persen. Capaian tahun lalu tersebut melampaui pertumbuhan ekonomi nasional di angka 5,17 persen.

Kemudian, ekspor alas kaki nasional juga mengalami peningkatan hingga 4,13 persen, dari 2017 sebesar 4,91 miliar dolar AS menjadi 5,11 miliar dolar pada  2018, ungkapnya.

Airlangga optimistis akan terjadi peningkatan ekspor produk alas kaki nasional sampai 6,5 miliar dolar  pada 2019 dan menjadi 10 miliar dolar dalam empat tahun ke depan.

Apalagi, Indonesia sudah menandatangani CEPA dengan Australia dan European Free Trade Association (EFTA). Ini menjadi potensi untuk memperluas pasar ekspor bagi produk manufaktur nasional.

Pengembangan industri alas kaki sedang diprioritaskan karena sebagai sektor padat karya berorientasi ekspor. Bersama industri tekstil dan pakaian, industri alas kaki juga  dipersiapkan untuk memasuki era industri 4.0 agar lebih berdaya saing global dan ekspornya naik.

Dengan berbagai upaya dan langkah yang dilakukan, alas kaki Indonesia diharapkan tetap berkibar di kancah internasional yang pada akhirnya bisa menyumbang devisa ekspor nonmigas.
Baca juga: Produsen alas kaki Indonesia Australia sepakati kontrak
Baca juga: Industri alas kaki nasional bidik posisi ketiga dunia


Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019