Melaksanakan doa bersama, tumpengnya dari masyarakat, menginginkan kebaikan di bumi Indonesia. Ini menurut saya luar biasa dan mereka sangat 'mengajeni' (menghormati, red.) di antara perbedaan-perbedaan yang ada, kemudian disajikan dalam bentuk kultu
Banyumas (ANTARA) - Warga Desa Kaliori, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menggelar kegiatan "Kenduri Nusantara, Merawat NKRI, Menjaga Indonesia" untuk mendoakan Pemilu serentak 2019 berjalan dengan aman dan damai.

Kegiatan dengan tema "Eling-Eling Sapa Eling Baliya Maning" (Ingat-ingat Siapa Ingat Kembalilah Lagi, red.) yang digelar di Bumi Perkemahan Kendalisada, Desa Kaliori, Kecamatan Kalibagor, Banyumas, Senin sore, dihadiri Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Bupati Banyumas Achmad Husein.

Kegiatan tersebut juga melibatkan berbagai tokoh lintas agama maupun komunitas di antaranya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Banyumas, Gusdurian, Parisada Hindu Dharma Indonesia, dan Penghayat Kepercayaan.

Saat memberikan sambutan berbahasa Jawa, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo memberikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan tersebut karena menunjukkan adanya kerukunan dalam bermasyarakat.

"Ayo diuri-uri lan dikembangke. Ora diuri-uri thok, dikembangke (Ayo dilestarikan. Tidak dilestarikan saja, dikembangkan," katanya.

Ia mengatakan, jika kerukunan dalam bermasyarakat tersebut dilestarikan, tidak akan terjadi perpecahan meskipun sedang menghadapi pemilu, pilkada, dan sebagainya.

Dalam kesempatan tersebut, Ganjar juga mengajak masyarakat untuk tidak percaya terhadap berbagai fitnah dan ujaran kebencian yang muncul menjelang Pemilu serentak 2019.

Ia juga mengajak masyarakat untuk datang ke tempat pemungutan suara (TPS) pada 17 April 2019 dan menggunakan hak pilihnya sesuai dengan hati nurani.

Kegiatan Kenduri Nusantara tersebut diakhiri dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh KH. Anshori dan dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng oleh Gubernur untuk diserahkan kepada masyarakat.

Saat ditemu wartawan, Gubernur mengatakan, kegiatan tersebut luar biasa karena merupakan inisiatif masyarakat Banyumas yang mengutamakan kearifan lokal.

"Melaksanakan doa bersama, tumpengnya dari masyarakat, menginginkan kebaikan di bumi Indonesia. Ini menurut saya luar biasa dan mereka sangat 'mengajeni' (menghormati, red.) di antara perbedaan-perbedaan yang ada, kemudian disajikan dalam bentuk kultural," katanya.

Menurut dia, kegiatan tersebut merupakan bagian dari sentuhan masyarakat paling bawah atau tingkat akar rumput yang ingin mencoba mengungkapkan perasaan secara kolektif agar proses politik di Indonesia berjalan dengan aman, menghasilkan pemimpin yang baik, dan tidak gontok-gontokan.

Terkait dengan hal itu, Ganjar berpesan kepada masyarakat Banyumas untuk tetap menjaga kerukunan menjelang Pemilu serentak 2019 seperti saat Pilkada 2018 yang dapat berjalan aman dan damai.

Disinggung mengenai kondisi Jawa Tengah secara umum, Ganjar mengatakan, hingga saat ini berjalan dengan baik meskipun gangguan-gangguan akan selalu muncul seperti di Solo, Temanggung, dan Purworejo.

"Yang penting jangan terpancing dan alhamdulillah dari tiga titik tidak ada yang terpancing," katanya.

Dalam kesempatan terpisah, Koordinator Kenduri Nusantara Mulyono Citro Pandoyo mengatakan, kegiatan tersebut sebagai upaya doa bersama kepada Tuhan Yang Maha Esa agar pelaksanaan Pemilu serentak 2019 berjalan lancar dan damai.

Selain itu, kata dia, kegiatan tersebut juga untuk mengingatkan seluruh elemen bangsa, terutama masyarakat Banyumas agar tetap menjaga persatuan meskipun berbeda pilihan politik.

"Kami memiliki kegelisahan yang sama untuk menyelamatkan bangsa dari situasi yang berkembang saat ini. Adanya rasa saling curiga, amarah, bahkan pertikaian akibat perbedaan politik. Maka kami berkumpul ada santri, budayawan, umat agama lainnya dan juga masyarakat biasa untuk bertekad merawat NKRI," katanya.

Dalam kegiatan tersebut juga ditampilkan empat kesenian Banyumas sebagai wakil empat penjuru mata angin, yakni tiga grup "ebeg" atau kuda lumping dan satu grup "lengger".

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Edy Supriyadi
Copyright © ANTARA 2019