Masyarakat Indonesia sekarang itu sudah tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh calonnya (presiden). Mereka akan tetap bela, sudah sampai segitunya sekarang ini apalagi cuma gebrak-gebrak meja seperti itu
Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti menyatakan kontribusi masyarakat Indonesia sudah sampai ke tingkat fanatisme politik dalam pesta demokrasi Pemilihan Umum 2019.

"Masyarakat Indonesia sekarang itu sudah tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh calonnya (presiden). Mereka akan tetap bela, sudah sampai segitunya sekarang ini apalagi cuma gebrak-gebrak meja seperti itu," kata Ray di Jakarta, Selasa, menanggapi peristiwa Prabowo Subianto yang gebrak meja ketika kampanye di Kridosono Yogyakarta pada Senin (8/4).

Menurut Ray, hal yang dilakukan oleh calon presiden nomor urut 02 ketika kampanye tersebut, tidak terlalu berefek pada tingkat elektabilitasnya dalam pemilihan presiden pada 17 April mendatang.

"Saya sih tidak terlalu yakin akan ada migrasi pemilih sekarang ini atau ada dukungan yang menurun," ucap Ray saat ditemui usai forum Hak Pilih dan Ketersediaan Logistik untuk Pemilu Aman dan Damai.

Lebih lanjut, Ray menjelaskan bahwa pengaruh tersebut hanya akan terlihat pada pergeseran ke kelompok netral dan tidak akan memindahkan pendukung ke kelompok seberang.

"Kecuali yang sangat prinsipil mungkin, misalnya, salah satu dari mereka ketahuan korupsi atau cabul, nah itu bisa anjlok tuh (jumlah pendukungnya)," ujarnya.

Selain itu, menurut Ray tingkat militansi kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden yang sudah mencapai 80 sampai 90 persen semakin mempersulit untuk memindahkan pendukung dari calon pasangan nomor 01 ke nomor 02.

"Mungkin lebih ke mempengaruhi alasan atau isu pendukung dalam mendukung calonnya, misalnya, dia punya satu sampai lima isu atau alasan untuk memilih 02 sekarang berkurang," ujar Ray.

Ray juga mengatakan bahwa meskipun alasan para simpatisan dalam mendukung suatu calon berkurang, namun hal tersebut tetap dirasa sudah cukup untuk tetap mendukung calon presiden pilihannya.

"Sekarang orang tidak butuh argumen banyak untuk dukung suatu calon. Cukup satu saja, satu ini karena merasa disitu ada keunggulan atau merasa ada rasa sakit hati terhadap calon satunya. Itu yang disebut fanatisme politik,” tuturnya.

Pewarta: M Arief Iskandar dan Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2019