Kendari (ANTARA) - Petani di Buton Utara (Butur), sebagai salah satu kabupaten pemekaran induk di Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra) terus memacu pengembangan beras merah organik Wakawondu sebagai komoditi unggulan  karena permintaan cukup banyak.

"Beras merah Wakawondu, saat ini banyak pemesan, baik pasar antardaerah, regional bahkan beberapa negara Eropa yang menyatakan akan membeli dalam jumlah besar," kata Bupati Buton Utara, Abu Hasan di Kendari, Kamis.

Ia mengungkapkan, Buton Utara memproklamirkan sebagai kabupaten beras organik itu sudah melalui kajian akademik sehingga tidak salah Pemkab telah mengeluarkan SK nomor.17/2017 yang menyatakan bahwa satu-satunya kabupaten organik di Indonesia.

"Dasar dari SK itu karena kondisi alam di kabupaten ini memang masih alami karena tidak ada industri maupun areal pertambangan yang dapat mencemari lingkungan," ujar bupati.

Ia mengatakan, salah satu pembeli dari Denmark  yang sudah menyatakan kesiapannya untuk membeli beras merah organik itu.

Abu Hasan menambahkan bahwa awal mula banyak pembeli dari luar negari itu setelah  beras itu dipromosikan pada pameran yang diadakan oleh Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) diikuti oleh 416 kabupaten se-Indonesia pada awal Juli 2018 lalu.

Abu Hasan mengaku sangat bangga saat mengikuti pameran produk unggulan secara nasional karena merupakan peluang memperkenalkan beberapa komoditi unggulan hasil pertanian dan perkebunan yang ke depan akan mengangkat citra daerah dimata nasional dan internasional.

Mantan Kepala Biro Humas Setda Provinsi itu mengungkapkan, bahwa sejak tahun 2018 pihaknya melakukan pendataan potensi panen untuk mengetahui skala maksimal produksi tahunan demi menjawab tuntutan pasar global.

"Saat ini, terdapat seribu hektare lebih luasan padi organik beras merah di Buton Utara, terdiri dari 400 hektare subsidi Pemda Butur dan 600 hektare swadaya masyarakat, dengan hasil panen per hektare antara 1 - 2,5 ton beras utuh.

Ia juga menambahkan, harga komoditas beras merah saat ini di Buton Utara mencapai Rp30.000 hingga Rp35.000 per kilogram, sedangkan harga di luar Butur mencapai Rp60.000 hingga Rp70.000 per kilogram.

Baca juga: Banyuwangi ekspor perdana beras organik ke Italia
Baca juga: Sehektare padi bebas residu punya produktivitas 3,96 Ton di Singkawang
Baca juga: Potensi nilai ekspor komoditas beras organik capai Rp.3 miliar/tahun

​​​​​​

Pewarta: Abdul Azis Senong
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019