Jakarta (ANTARA) - Penyandang disabilitas, Anastasya Aleta (17) mengharapkan peningkatan infrastruktur yang mendukung kenyamanan dan keleluasaan beraktivitas bagi anak-anak penyandang disabilitas.

Aleta yang ditemui di sela-sela konferensi pers lomba menulis Suara Penyandang Disabilitas di Jakarta, Kamis itu mengatakan, terpaksa menjalani pendidikan nonformal homeschooling untuk dapat mengenyam pendidikan, padahal awalnya dia ingin bersekolah di sekolah reguler.

Jalanan yang harus dilaluinya ke sekolah, ujar dia, tidak nyaman bagi pengguna kursi roda, demikian pula fasilitas pendidikan reguler yang ada.

"Tadinya aku mau masuk sekolah reguler cuma fasilitasnya kurang ada untuk kita, misalnya tangga, jadi kita harus naik ke atas dan pihak sekolah nggak mau memindahkan kelas ke bawah. Jalanan juga nggak bisa dilewati kursi roda seperti jalan yang berlobang, jalan nggak rata," ujar Aleta.

Aleta yang tinggal di Bogor itu meminta agar masyarakat tidak memandang sebelah mata para penyandang disabilitas. Aleta menderita penyakit autoimun sehingga membuatnya tidak dapat berjalan normal dan mengharuskannya duduk di kursi roda.

"Harapan aku supaya penyandang disabilitas anak-anak supaya suaranya tidak dilupakan, diabaikan dan supaya kita bisa dapat kesempatan yang sama dengan anak-anak lain," tutur Aleta di acara yang diadakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bekerja sama dengan Musik Hana Midori itu.

Terkait lomba menulis Suara Anak Penyandang Disabilitas, Aleta mengapresiasinya, karena bisa menjadi wadah bagi anak-anak penyandang disabilitas untuk menyampaikan pendapat dan pemikiran serta berekspresi dan berkreasi.

"Aku waktu pertama kali dengar ini langsung senang banget karena ini pertama kalinya aku merasa diapresiasi karena kadang kita sebagai penyandang disabilitas suka dilupakan, jadi aku senang banget ada acara ini," tuturnya.

Kegiatan Suara Anak Penyandang Disabilitas berbentuk lomba menulis dengan peserta anak-anak penyandang disabilitas  terbagi dalam lima kategori, yakni disabilitas fisik, disabilitas intelektual, disabilitas mental, disabilitas sensorik dan disabilitas ganda/multi dengan usia maksimal 18 tahun dan khusus penyandang diabilitas intelektual bisa sampai usia maksimal 25 tahun.

Materi yang ditulis berkisar tentang pendidikan atau pelatihan, olahraga, seni, pariwisata, transportasi, kesehatan dan ruang bermain. Peserta dapat menceritakan apa yang mereka alami dan harapan yang mereka inginkan di masyarakat dengan maksimum tulisan 750 kata.

Naskah tersebut dapat dikumpulkan mulai 8 April 2019 hingga 8 Juni 2019 melalui surat elektronik (email) ke suaraanakdisabilitas@gmail.com.

 
Baca juga: KPPPA tampung suara penyandang disabilitas lewat lomba menulis
Baca juga: Fasilitas disabilitas MRT berfungsi normal
 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019