Jakarta (ANTARA) - Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno berdebat soal janji calon presiden petahana Jokowi untuk merealisasikan pertumbuhan ekonomi 7 persen selama kepemimpinan 2014-2019.

Menurut Anggota TKN Rama Pratama dalam diskusi Policy Center ILUNI UI di Jakarta, Kamis, janji pertumbuhan ekonomi 7 persen memang tidak tercapai karena melambatnya ekonomi global.

"IMF dan Bank Dunia memproyeksikan ekonomi global ini suram, 'darkening skies' (semakin gelap) di mana Amerika, Eropa melambat, bahkan China melambat. Ini juga menjelaskan kenapa ekspor kita stagnan karena globalnya juga melambat," jelasnya.

Dengan kondisi suram seperti itu, Rama menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5 persen merupakan hal yang positif.

"Banyak lembaga internasional memproyeksikan Indonesia akan terus tumbuh positif yaitu 5,2-5,3 persen pada 2021. Dengan situasi global yang suram begitu, Indonesia masih bisa jaga pertumbuhan. Itu artinya ada 'effort' (usaha)," tuturnya.

Dengan capaian tersebut, Rama menyebut kinerja pemerintah masih sesuai rencana (on track) secara makro.

"Persoalannya bukan (tidak mencapai) 7 persen, tapi memang programnya itu untuk dua periode, jadi harus dua periode," kilahnya.

Sementara itu, Anggota BPN Arie Mufti menilai pertumbuhan ekonomi 7 persen yang dijanjikan capres petahana sudah gagal dicapai. Padahal pertumbuhan ekonomi 7 persen dibutuhkan agar Indonesia tidak masuk "middle income trap".

"Masalahnya bukan di janji tapi memang Pak Jokowi tidak mampu," katanya. 

Baca juga: Sandiaga optimistis ekonomi tumbuh 6,5 persen di dua tahun pertama

Baca juga: Wall Street anjlok tertekan perkiraan suram pertumbuhan ekonomi global

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019