Jakarta (ANTARA) - Film horor Tanah Air sempat mendapat stereotipe kurang baik, tapi belakangan genre ini kembali naik daun seiring munculnya karya-karya yang dinikmati penonton.

Fenomena ini menjadi salah satu alasan Nadya Arina untuk membintangi "Pocong The Origin", padahal awalnya dia ingin menjajal genre berbeda setelah berakting dalam film horor "Kafir" (2018).

"Tadinya habis 'Kafir' mau jeda, ambil drama atau genre lain," kata Nadya usai pemutaran "Pocong The Origin", Jakarta, Kamis (11/4).

Namun skenario yang berasal dari cerita "Pocong" karya Monty Tiwa yang tertunda selama 13 tahun itu mencuri hatinya.

"Kalau skrip suka, pasti aku lihat rumah produksinya, di belakang layar siapa saja, dan film ini sangat mendukung dari berbagai aspek," tutur pemeran Sasthi itu.

Saat mendalami tokoh Sasthi, Nadya dituntut untuk bisa bermain ukulele yang sama sekali tida dikuasai sebelumnya.

Dia juga diminta untuk memperlihatkan kepiawaiannya menyanyikan lagu "Bumi" ciptaan Monty Tiwa dalam film tersebut.

Nadya yang berangkat dari serial televisi merasa beruntung bisa merasakan perbedaan produksi serial dan film layar lebar.

Menurut dia, keduanya butuh kemampuan akting, namun yang membedakan adalah keleluasaan untuk mengeksplorasi sebuah karya.

Dalam sinetron yang jarak jadwal syuting dengan penayangannya seringkali berdekatan, tidak banyak ruang tersisa untuk mengembangkan lagi apa yang disodorkan padanya.

"Di film, ada persiapan, ruang eksplorasi karya itu sendiri," ujar dia.

Menjajal dua dunia itu tak berarti dia mengecilkan salah satunya. Selain film, Nadya masih mengambil proyek-proyek film televisi bila memang sesuai dengan jadwalnya.

"Kalau (syuting sinetron) stripping sudah tidak ambil karena tidak sesuai jadwal, karena harus tiap hari pulang pagi, belum sesuai sama (jadwal) aku."


Baca juga: Pemain "Pocong The Origin" Nadya Arina tak mau golput

Baca juga: "Pocong The Origin", horor berbalut drama keluarga

Baca juga: "Kafir, Bersekutu Dengan Setan," horor klasik dengan cerita kuat

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019