New York (ANTARA) - Harga minyak global naik pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena sentimen pasar terangkat oleh sebuah kesepakatan besar dalam industri energi di tengah berlanjutnya tanda-tanda pengetatan pasokan global.

Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei naik 0,31 dolar AS menjadi menetap pada 63,89 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, sementara minyak mentah Brent untuk pengiriman Juni naik 0,72 dolar AS menjadi ditutup pada 71,55 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Raksasa minyak AS Chevron Corporation mengatakan pada Jumat (12/4/2019) bahwa mereka akan membeli Anadarko Petroleum Corporation dalam transaksi saham dan tunai senilai 33 miliar dolar AS untuk meningkatkan posisinya di pasar minyak serpih dan gas alam cair.

Harga minyak juga mendapat dukungan dari tanda-tanda terus berkurangnya pasokan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya.

Produksi oleh negara-negara OPEC pada Maret mencapai 2,2 juta barel per hari (bph) lebih rendah dari November dan sekarang ada ketidakpastian mengenai Libya, kata sebuah laporan yang dirilis oleh Badan Energi Internasional (IEA) pada Kamis (11/4/2019).

Sementara itu, produksi minyak oleh produsen non-OPEC pada kuartal pertama 2019 turun 0,7 juta barel per hari dibandingkan dengan kuartal keempat pada 2018, laporan itu mengungkapkan.

Produksi minyak mentah Venezuela telah turun di bawah satu juta barel per hari akibat sanksi-sanksi AS, Badan Energi Internasional mengatakan pada Kamis (11/4/2019), bahkan di bawah 960.000 barel per hari yang dilaporkan OPEC pada Rabu (10/4/2019).

Pasokan Iran juga bisa jatuh lebih jauh setelah Mei, jika seperti yang diperkirakan banyak orang, Washington memperketat sanksi-sanksi terhadap Teheran.

Pada Desember, OPEC dan produsen minyak utama lainnya, termasuk Rusia, berjanji untuk memotong produksi sebesar 1,2 juta barel per hari guna menopang harga, efektif mulai Januari tahun ini.

OPEC dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia akan bertemu di Wina pada 25-26 Juni untuk menetapkan kebijakan mereka, guna memutuskan apakah akan terus menahan pasokan. Demikian laporan yang dikutip dari Xinhua.

Baca juga: Dolar melemah karena investor beralih ke aset-aset berisiko

Baca juga: Harga emas bangkit setelah jatuh kemarin, dipicu pelemahan dolar AS

Baca juga: Analis: IHSG ditutup turun tipis dan cenderung melemah jelang Pemilu


 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019