Putussibau, Kapuas Hulu (ANTARA) -
Tim gabungan yang mendistribusikan logistik Pemilu ke empat desa di perhuluan sungai Kapuas di wilayah Kapuas Hulu Kalimantan Barat harus mempertaruhkan nyawa melewati arus sungai yang sangat deras dan berjalan kaki dua hari satu malam.
 
"Dari Kota Putussibau menggunakan transportasi air melewati riam yang sangat deras, setelah itu dilanjutkan dengan berjalan kaki dua hari satu malam, melewati hutan belantara," kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kapuas Hulu, Ahmad Yani, dihubungi Antara, di Putussibau, Ibu Kota Kabupaten Kapuas Hulu, Sabtu.
 
Disampaikan Ahmad Yani, empat desa yang berada di perhuluan sungai Kapuas yaitu Desa Beringin Jaya, Kereho, Bungan Jaya dan Desa Tanjung Lokang, dengan total jumlah TPS sebanyak 10 TPS.
 
Dia mengatakan, untuk jarak tempuh dari Kecamatan Putussibau Selatan ke empat desa tersebut yang terjauh adalah ke Desa Tanjung Lokang, dengan jarak tempuh selama 30 jam pulang pergi menggunakan transportasi air, Desa Bungan Jaya selama 18 jam pulang pergi, Desa Kereho selama 10 jam pulang pergi dan Desa Beringin Jaya selama 10 jam pulang pergi.
 
Untuk Desa Tanjung Lokang, kata Ahmad Yani ada satu dusun yaitu Dusun Belatung Tempat pemungutan suara (TPS) 03, yang harus ditempuh dengan menggunakan jalan kaki selama dua hari satu malam.
 
"Memang tidak ada pilihan lain, selain berjalan kaki itu pun dua hari satu malam," ucap Ahmad Yani.
 
Dia berharap pendistribusian logistik ke perhuluan sungai Kapuas itu dapat berjalan aman dan lancar hingga bisa dilakukan pemungutan suara sesuai jadwal secara nasional pada 17 April 2019.
 
Ahmad Yani mengatakan, dalam pendistribusian logistik tersebut dikawal ketat oleh petugas TNI dan Polri.
 
Selain itu agar logistik aman dari air, logistik di bungkus dengan plastik serta saat perjalanan lewat jalur air logistik ditutup menggunakan terpal.
 
"Semoga semua proses pemilu berjalan aman dan lancar mohon doa dan dukungan kepada seluruh masyarakat kita sukseskan Pemilu 2019 bersama - sama," ucap Ahmad Yani.
 

Pewarta: Teofilusianto Timotius
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2019