Kami mengapresiasi yang dilakukan pemerintah terkait Blok Mahakam, namun target produksi juga perlu lebih ditingkatkan
Jakarta (ANTARA) - Pengamat Publish What You Pay (PWYP) atau koalisi masyarakat sipil untuk transparansi dan akuntabilitas tata kelola sumber daya ekstraktif minyak dan gas, pertambangan, serta sumber daya alam, Meliana Lumbantoruan mengatakan pemerintah perlu menggenjot target produksi Blok Mahakam.

"Kami mengapresiasi yang dilakukan pemerintah terkait Blok Mahakam, namun target produksi juga perlu lebih ditingkatkan," kata dia kepada Antara menanggapi debat capres dan cawapres, di Jakarta, Sabtu.

Selain Blok Mahakam, PWYP juga mendorong pemerintah agar menggenjot target produksi Blok Rokan dan Freeport sebagai penyumbang pertumbuhan ekonomi nasional.

Pihaknya menilai kerja keras pemerintah dalam mengambil alih ketiga sektor tersebut jangan sampai hanya sebatas euforia saja. Hal itu dikarenakan masih banyaknya pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

"Pekerjaan rumah yang perlu dijawab adalah upaya menggenjot target produksi ketiga sektor tersebut," katanya.

Ia menilai jika pemerintah bisa menggenjot target produksi ketiga sektor tersebut, maka secara otomatis akan memengaruhi perekonomian negara.

Di sisi lain, Meliana juga menyarankan agar BUMN yang mengelola Blok Mahakam dan Blok Rokan harus benar-benar transparan dan akuntabel dengan membuka seluruh proses pengelolaan kepada publik termasuk soal kerja sama dengan pihak ketiga.

Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo dalam debat capres 2019 mengatakan pemerintah telah menguasai sumber daya alam strategis yang sebelumnya dikelola oleh pihak asing.

Sumber daya alam strategis itu meliputi Blok Mahakam, Blok Rokan dan Freeport. Penguasaan ketiga sektor tersebut ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

"Kemandirian ini sangat penting sekali karena dengan kemandirian pengelolaan ini ekonomi yang adil dan kesejahteraan masyarakat bisa dilakukan," kata dia.

Pewarta: Ahmad Wijaya dan Muhammad Zulfikar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019