Jayapura (ANTARA) - Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) mendorong pertumbuhan ekonomi pertanian di Papua lewat akselerasi ekspor produk pertanian, khususnya kopi asal Wamena.

Kepala Badan Karantina Pertanian Kementan, Ali Jamil di Jayapura, Senin, mengatakan kopi Wamena dari Kabupaten Jayawijaya memiliki cita rasa yang khas, dengan luas lahan pertanian kopi di wilayah setempat yang mencapai 1.910 hektar dan tersebar pada 24 distrik seperti di Walesi, Kurulu, Hubertus dan Pyramid.

"Dengan produktivitas kopi Wamena berada pada kisaran 600-650 kilo gram per hektar dan produksi kopi pada 2017 sebanyak 125,8 ton, produk pertanian ini layak untuk didorong menjadi komoditas ekspor, di mana hal tersebut sangat bagus, apa lagi kalau sudah diolah menjadi kemasan siap minum, sangat potensial," ujarnya.

Dia menjelaskan komoditas tersebut sangat potensial, sehingga Barantan bersama instansi terkait harus melakukan proteksi terhadap kemungkinan masuknya hama penyakit yang dapat menyerang budidaya kopi khas Indonesia tersebut ke wilayah Papua.

"Seperti cendawan Hemileia coffeicola yang merupakan OPTK (Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina) A1 golongan I, yang artinya belum ada di Indonesia dan tidak dapat dibebaskan dengan perlakuan, di mana cendawan ini menyebabkan penyakit karat daun kopi," katanya lagi.

Dia menambahkan daerah sebar OPTK ini meliputi Afrika Tengah dan Barat, di mana spora cendawan ini mudah tersebar sehingga dikhawatirkan dapat menginfeksi tanaman di tempat lain.

Lebih lanjut ia mengatakan nilai ekspor produk nonmigas bidang pertanian dari Jayapura pada 2018 mencapai Rp35,6 miliar, sedangkan hingga Maret 2019 ekspor sudah mencapai 29,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp10,3 miliar.

"Dengan upaya yang ada, bersama Pemerintah Papua, kami yakin target ekspor bisa dua kali lipat dari tahun sebelumnya," katanya.

 

Pewarta: Hendrina Dian Kandipi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019